I.
Pengertian.
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain.Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
sumber : http://afyalvinnoorfadhilah.blogspot.co.id/2014/03/perawatan-luka-pasca-operasi.html
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada
kulit. Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ
tubuh lain.
Ketika luka
timbul, beberapa efek akan muncul :
1. Hilangnya seluruh atau sebagian
fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan
dan pembekuan darah
4. Kontaminasi
bakteri
5.
Kematian sel
II.
Jenis-Jenis Luka.
Luka
sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan
menunjukkan
derajat luka.
1.
Berdasarkan tingkat
kontaminasi
a
Clean Wounds (Luka
bersih)
yaitu
luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi)
dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,genital dan urinari tidak
terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan
dimasukkan drainase tertutup.Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% -
5%.
b
Clean-contamined Wounds
(Luka bersih terkontaminasi)
Merupakan luka pembedahan dimana saluran
respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,
kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3%
- 11%.
c
Contamined Wounds (Luka
terkontaminasi)
Termasuk
luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini
juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% -
17%.
d
Dirty or Infected
Wounds (Luka kotor atau infeksi)
Yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2.
Berdasarkan kedalaman
dan luasnya luka
a
Stadium I : Luka
Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
epidermis kulit.
b
Stadium II : Luka
“Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis
seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c
Stadium III : Luka
“Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau
nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati
jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot.
Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa
merusak jaringan sekitarnya.
d
Stadium
IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3.
Berdasarkan waktu
penyembuhan luka
a
Luka akut : yaitu luka
dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
Gambat luka akut
b
Luka kronis
yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,dapat karena
faktor eksogen dan endogen.
![](file:///C:/Users/TOSHIBA/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Gambar
luka kronis.
III.
Mekanisme terjadinya
luka.
1.
Luka insisi (Incised
wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah
seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi) Luka memar (Contusion Wound),
terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera
pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
2.
Luka lecet (Abraded
Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
3.
Luka tusuk (Punctured
Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
4.
Luka gores (Lacerated
Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
5.
6. Luka tembus
(Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya
akan melebar.
6.
Luka Bakar (Combustio)
IV.
Penyembuhan Luka
Tubuh
yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing
dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses
penyembuhanterjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan
perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh,
melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu
untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.
1. Prinsip
Penyembuhan Luka
a
Kemampuan tubuh untuk
menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum
kesehatan tiap orang.
b
Respon tubuh pada luka
lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga.
c
Respon
tubuh secara sistemik pada trauma.
d
Aliran
darah ke dan dari jaringan yang luka, (5) Keutuhan kulit dan mukosa membran
disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme.
e
Penyembuhan
normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Faktor
yang Mempengaruhi Luka
a
Usia
Anak
dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih
sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis
dari faktor pembekuan darah.
b
Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan
diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe,
Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi
mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko
infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak
adekuat.
c
Infeksi
Infeksi
luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.
d
Sirkulasi (hipovolemia)
dan Oksigenasi
Sejumlah
kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya
sejumlah
besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah).
Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih
sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat
terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan menurun
pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok.
Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya
ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
e
Hematoma
Hematoma
merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi
oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal
tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat
proses penyembuhan luka.
f
Benda asing
Benda
asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu
abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,
fibrin,jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu
cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
g
Iskemia
Iskemia
merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian
tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat
dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal
yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
h
Diabetes
Hambatan
terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah,nutrisi
tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat
hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
i
Keadaan Luka
Keadaan
khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa
luka dapat gagal untuk menyatu.
j
Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik
mempengaruhi penyembuhan luka.
Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap
infeksi luka.
a
Steroid
: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera
b
Antikoagulan :
mengakibatkan perdarahan
c
Antibiotik : efektif
diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang
spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif
akibat koagulasi intravaskular.
3. Komplikasi
Penyembuhan Luka
Komplikasi
penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
a
Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan
atau
setelah pembedahan. Gejala
dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah
pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase,
nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan
jumlah sel darah putih.
b
Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada
garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing
(seperti drain).Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan
(dan luka di bawahbalutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam
pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan
berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian
cairan dan intervensi pembedahan
mungkin
diperlukan.
4. Perkembangan
Perawatan Luka
Profesional
perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat
lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka
sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang
perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik
daripada lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi
luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan
kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka
superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang
perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab
tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis
balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering
(Thompson. J, 2000).Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab
meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan melapisinya sehingga luka
lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka
dengan
teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi
perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998).
Penggantian
balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan,melainkan
disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan
antiseptikhanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel
sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999).
Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara
sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan
dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan
sedikit
debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan
sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996)
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka.
Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira
satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu.
Perawat
dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
a
Tidak ada perdarahan
dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
b
Tepi luka akan
didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam
setelah pembedahan ditutup.
c
Inflamasi
(kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari.
d
Penurunan
inflamasi ketika bekuan mengecil.
e
Jaringan
granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 –
10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase
mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak
meradang dan bengkak.
f
Pembentukan bekas luka.
g
Pembentukan kollagen
mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
h
Pengecilan
ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas
luka menunjukkan pembentukan kelloid.
5.
Tujuan Perawatan Luka
a
Memberikan lingkungan
yang memadai untuk penyembuhan luka
b
Absorbsi drainase
c
Menekan dan imobilisasi
luka
d
Mencegah luka dan
jaringan epitel baru dari cedera mekanis
e
Mencegah luka dari
kontaminasi bakteri
f
Meningkatkan hemostasis
dengan menekan dressing
g
Memberikan
rasa nyaman mental dan fisik pada pasien
6.
Bahan
yang Digunakan dalam Perawatan Luka
a
Sodium Klorida 0,9 %
Sodium
klorida adalah larutan fisiologis yang ada di seluruh tubuh karena alasan ini
tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium klorida. Normal saline aman
digunakan untuk kondisi apapun (Lilley & Aucker, 1999). Sodium klorida atau
natrium klorida mempunyai Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak
mempengaruhi sel darah merah (Handerson, 1992). Sodium klorida tersedia dalam
beberapa konsentrasi,yang paling sering adalah sodium klorida 0,9 %. Ini adalah
konsentrasi normal dari sodium klorida dan untuk alasan ini sodium klorida
disebut juga normal saline (Lilley &Aucker, 1999). Merupakan larutan
isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari
kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka menjalani
proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga relatif lebih murah
(http://rpromise.com/woundcare/)
b
Larutan
povodine-iodine.
Iodine
adalah element non metalik yang tersedia dalam bentuk garam yang dikombinasi
dengan bahan lain Walaupun iodine bahan non metalik iodine berwarna hitam
kebiru-biruan, kilau metalik dan bau yang khas. Iodine hanya larut sedikit di
air,tetapi dapat larut secara keseluruhan dalam alkohol dan larutan sodium
iodide encer.Iodide tinture dan solution keduanya aktif melawan spora
tergantung konsentrasi dan waktu pelaksanaan (Lilley & Aucker, 1999).
Larutan ini akan melepaskan iodium anorganik bila kontak dengan kulit atau
selaput lendir sehingga cocok untuk luka kotor dan terinfeksi bakteri gram
positif dan negatif, spora, jamur, dan protozoa. Bahan ini agak iritan dan alergen serta meninggalkan
residu (Sodikin, 2002). Studi menunjukan bahwa antiseptik seperti povodine
iodine toxic terhadap sel (Thompson. J, 2000). Iodine dengan konsentrasi > 3 % dapat memberi rasa panas pada
kulit. Rasa terbakar akannampak dengan iodine ketika daerah yang dirawat
ditutup dengan balutan oklusif kulit dapat ternoda dan menyebabkan iritasi dan
nyeri pada sisi luka. (Lilley & Aucker,
1999).
MERAWAT
LUKA
A. Pengertian
Merawat
luka untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran mukosa atau jaringan
lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit
B. Tujuan
1.
Mencegah infeksi dari
masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran mukosa
2.
Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
3.
Mempercepat penyembuhan
4.
Membersihkan luka dari
benda asing atau debris
5.
Drainase untuk
memudahkan pengeluaran eksudat
6.
Mencegah perdarahan
7. Mencegah excoriasi kulit sekitar drain.
C. Persiapan
alat
1.
Set steril yang terdiri atas :
a.
Pembungkus
b. Kapas atau kasa untuk membersihkan luka
c.
Tempat untuk larutan
d.
Larutan anti septic
e.
2 pasang pinset
f.
Gas untuk menutup luka.
2. Alat-alat yang diperlukan lainnya seperti : extra balutan dan zalf
3. Gunting
4. Kantong tahan air untuk tempat balutan lama
5. Plester atau alat pengaman balutan
6. Selimut mandi jika perlu, untuk menutup pasien
7. Bensin untuk mengeluarkan bekas plester
D. Cara
kerja
1.
Jelaskan
kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan. Jawab
pertanyaan pasien.
2.
Minta bantuan untuk
mengganti balutan pada bayi dan anak kecil
3.
Jaga privasi dan tutup
jendela/pintu kamar
4. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang menyenangkan.
Bukan hanya pada daerah luka, gunakan selimut mandi untuk menutup pasien jika
perlu.
5.
Tempatkan
tempat sampah pada tempat yang dapat dijangkau. Bisa
dipasang pada sisi tempat tidur.
6.
Angkat plester atau
pembalut.
7.
Jika menggunakan
plester angkat dengan cara menarik dari kulit dengan hati-hati kearah luka.
Gunakan bensin untuk melepaskan jika perlu.
8.
Keluarkan balutan atau
surgipad dengan tangan jika balutan kering atau menggunakan sarung tangan jika
balutan lembab. Angkat balutan menjauhi pasien.
9. Tempatkan balutan yang kotor dalam kantong plastik.
10.
Buka set steril
11.
Tempatkan pembungkus
steril di samping luka
12. Angkat balutan paling dalam dengan pinset dan perhatikan
jangan sampai mengeluarkan drain atau mengenai luka insisi. Jika gaas
dililitkan pada drain gunakan 2 pasang pinset, satu untuk mengangkat gaas dan
satu untuk memegang drain.
13. Catat jenis drainnya bila ada, banyaknya jahitan dan
keadaan luka.
14. Buang kantong plastik. Untuk menghindari dari kontaminasi
ujung pinset dimasukkan dalam kantong kertas, sesudah memasang balutan pinset
dijauhkan dari daerah steril.
15. Membersihkan luka
menggunakan pinset jaringan atau arteri dan kapas dilembabkan dengan anti
septik, lalu letakkan pinset ujungnya labih rendah daripada pegangannya.
·
Gunakan
satu kapas satu kali mengoles, bersihkan dari insisi kearah drain :
a. Bersihkan dari atas ke bawah daripada insisi dan dari
tengah keluar
b. Jika ada drain bersihakan sesudah insisi
c. Untuk luka yang tidak teratur seperti dekubitus ulcer,
bersihkan dari tengah luka kearah luar, gunakan pergerakan melingkar.
16.
Ulangi pembersihan
sampai semua drainage terangkat.
17. Olesi zalf atau powder. Ratakan powder diatas luka dan
gunakan alat steril.
18.
Gunakan satu balutan
dengan plester atau pembalut
19.
Amnkan balutan dengan plester atau pembalut
20. Bantu pasien dalam
pemberian posisi yang menyenangkan.
21.
Angkat peralatan dan kantong plastik yang
berisi balutan kotor. Bersihkan alat dan
buang sampah dengan baik.
22.
Cuci tangan
23.
Laporkan adanya
perubahan pada luka atau drainage kepada perawat yang bertanggung jawab. Catat
penggantian balutan, kaji keadaan luka dan respon pasien.
·
Membersihkan Daerah
Drain
Daerah drain dibersihkan sesudah insisi. Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang lain.Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
sumber : http://afyalvinnoorfadhilah.blogspot.co.id/2014/03/perawatan-luka-pasca-operasi.html