Senin, 19 November 2012

Caught Your Love part 2

Posted by Uti ajjah on November 16, 2012 · 1 Komentar 

cover cyl

Caught your Love [Part 2]
(Investigation Started)

Author                       : Riikuclouds
Cast                           :
Kim JongWoon, Shin Miwoo (OC)
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Choi Younha (OC), Han Jiyoung (OC).
Genre                         : Mystery, Detective Story, Romance, Friendship
Rating                        : PG-17
Length                       : Chaptered
FF ini pernah dipost di blog pribadi author: riikuclouds.wordpress.com

Ps : ff ini hanya sekedar menuangkan isi otak author. Jadi mohon maaf aja kalo banyak gaje dan banyak typo, dan banyak anehnya. Yang penting, jangan copas seenaknya aja tanpa ijin yah. Oh iya. Jangan lupa tinggalkan komentar okeh readers cantik.. ^^


Di WP aku yang https://iaeveleandra.wordpress.com juga akan di post ff dengan cast kyu-rae.
Moga moga suka ya….

Happy Reading :D

Biarkan TYPO menikmati bagiannya...




______*****_______



Procecutor Office
Kyuhyun POV
Sebuah catatan kasus baru telah datang hari ini. Aku sedang memilah mana yang baiknya aku kerjakan dan yang akan dikerjakan teman-teman yang lain. Yah, namanya juga jaksa mandiri, kepala kejaksaan. Aku lebih tahu kasus mana yang pantas dikerjakan oleh teman-teman yang lain.
Sebuah map bertuliskan judul kasus “Pembunuhan dan Pemerkosaan Pekerja Malam” menarik perhatianku. Aku jadi teringat kata-kata Jiyoung  yang menginginkan mendapatkan kasus pembunuhan lagi. Kurasa ini cukup tepat untuknya. Tanpa sadar aku tersenyum mengingat lagi kisah itu.
#flashback#
Police Office, Seoul.
Aku mengatarkan Jiyoung yang sudah siap dengan gugatannya ke kepala kepolisian Seoul. Kasus pembunuhan yang diatasinya ini berkaitan dengan seorang artis terkenal yang tewas karena dipaksa overdosis. Jiyoung minta kutemani karena ia sedikit takut dengan suasana kantor polisi. Maklum saja, ia baru kali ini mendapatkan kasus pembunuhan dan membuat ia terpaksa ke kantor polisi untuk menjelaskan perkara kepada pihak kepolisian.

Kami akan masuk ke ruangan kepala polisi Dae Goo. Jiyoung menarikku untuk ikut masuk. Tapi ketika kami masuk hal yang mengejutkan yang kami temui. Seorang namja muda yang keren sedang duduk di kursi itu. Mungkinkah itu kepala polisi Dae Goo? Kenapa masih muda? Aku kurang begitu jelas melihat wajahnya. Jiyoung yang tadinya sedikit takut tiba-tiba berubah menjadi semangat dan berani menghampiri kepala polisi tersebut.
“Annyeong. Aku Han Jiyoung, dari kejaksaan.”
“Oh, Kim Jongwoon imnida.”
Kim Jongwoon? Kim Jongwoon hyung?
“Jongwoon Hyung?” sapaku.
“Eh?” ia langsung berdiri dan mendekatiku.
“Namdongsaengku, Cho Kyuhyun??”
“Ne, Hyung. Ini Cho Kyuhyun.”
Ia langsung memelukku .
“Aigoo sudah lama tidak bertemu. Sudah hampir empat tahun. dan sekarang kau ternyata sudah menjadi jaksa, huh? Aigoo kau semakin tampan saja.” ujarnya sambil mengusap-usap pipiku.
“Gomawo hyung. Kau juga terlihat makin tampan dan keren. Aku saja hampir pangling tidak mengenalimu. Kau ternyata menjadi kepala kepolisian Seoul rupanya.”
“Ani. Aniyo. Bukan aku. Ini ruang kerja pamanku. Aha ha.”
“Jadi tuan bukan Kim Dae Goo, kepala kepolisian Seoul?” tanya Jiyoung.
“Ah, bukan. Kim Dae Goo itu pamanku. Aku hanya detektif kepolisian ini. Aku biasanya menangani kasus pencarian pelaku pembunuhan atau penggelapan uang saja. Aku di sini hanya menjaga ruangan paman selagi aku tidak ada tugas. Ehe he. Tapi kalau kalian ingin melaporkan dan mengajukan gugatan mengenai kasus pembunuhan dan penggelapan aku pasti tahu dan paham. Jadi, tidak apa-apa jika berbicara kepadaku”
“Kami memang ingin mengajukan gugatan terhadap tersangka pembunuhan.” Jawabku mantap.
“Oh? Aha ha. Kebetulan kalau begitu. Pas sekali.”
Ia tertawa dan berhasil menghilangkan matanya sejenak. Padahal kurasa tak ada yang lucu. Meskipun begitu ia benar-benar terlihat sangat tampan. Benar saja. Jiyoung yang ada di sini hanya termelongo seakan-akan terpesona dan tersihir oleh Jongwoon hyung.

Setelah lama berurusan di sini, akhirnya kami memutuskan kembali ke kantor kejaksaan. Sepanjang perjalanan, Jiyoung hanya terbengong dan sesekali tersenyum. Sampai akhirnya akan sampai kantor, ia berujar pelan.
“Kyuhyun oppa. Bisakah kau memberikan kasus pembunuhan dan penggelapan uang saja kepadaku?”
Aigoo..Jiyoung yang polos dan suci ini jatuh juga ke pesonanya Jongwoon Hyung? ya ampuunn..
“Aha ha. Aku mengerti. Baiklah.”
#flashback end#
Alhasil aku akan memberikan kasus ini pada Jiyoung. Berbahagialah kau Jiyoung. Dengan begini kau akan ada banyak alasan bertemu dengan Jongwoon oppa mu tercinta. Aha ha. Baiknya aku. Lebih tepatnya menikmati permainan dan hiburan baru. Jiyoung itu sangat lucu jika kugoda. Sedikit saja menyinggung tentang Jongwoon hyung, mukanya langsung memerah dan malu-malu. Seperti anak kecil yang diberikan es krim.
Seoul Apartement, 08.03 am KST
Jongwoon POV
Mana yeoja itu? Shin Miwoo. Sudah lewat tiga menit. Masih saja belum menampakkan wujudnya. Aisshhh. Untuk apa aku menunggu dia begini? Kenapa aku bodoh sekali bersikap sebaik itu padanya kemarin. Lihat akibatnya. Ia jadi sedikit besar kepala dan tak tahu diri lagi membuat aku menunggu begini. Orang yang biasanya bekerja sendiri sekarang harus menunggu seseorang hanya untuk melakukan investigasi mengenai korban? Jongwoon…kau sudah gila.
Sudah jam 08.10 am. Aku memutuskan menuju basement saja, tempat mobilku diparkirkan. Kemarin sore mobilku sudah selesai diperbaiki dengan cepat. Tentu saja cepat, karena aku membayarnya dengan mahal. Aku menekan tombol lift turun ke basement. Saat lift terbuka, ternyata di dalamnya ada Miwoo.
“Oh?” serunya yang sepertinya agak kaget denganku.
“Tidak usah keluar, kita langsung turun saja ke bawah.” Kataku mencegah ia keluar lift.
Beberapa detik berada di lift aku cukup terhenyak dengan penampilannya ini. Sekarang ia tampil feminim. Menggunakan gaun simpel dengan cardigan dan tas kecil yang dislempangkan ke tubuhnya. Gaunnya hanya sampai selutut. Menampakkan kaki jenjangnya yang cukup panjang untuk ukuran yeoja. Kali ini ia menggunakan wedges yang tidak terlalu tinggi. Rambutnya digerai dan meemakai bando kecil tapi tetap menampakkan poni miringnya. Make up tipis yang membuatnya terlihat lebih cantik.
Sesudah sampai di basement, kami pun berjalan menuju mobilku. Aku memberi aba-aba agar ia membuka pintu depan mobil dan masuk duduk di kursi penumpang depan. Ia pun menurut mengikuti aba-abaku. Aku pun langsung menarik pedal gas menjalankan mobilku.
“Mana data korban? Alamatnya?” tanyaku pada Miwoo.
“Sebentar..” ia marogoh tasnya dan mengambil map yang berisi  beberapa berkas penyelidikan yang kuberikan kemarin.
Ia menjaga berkas itu dengan baik. Mengganti mapnya menjadi lebih kuat dan praktis. Dan menyusun semua hal penting tentang korban di secarik kertas dengan jelas. Ia lalu memperlihatkan kertas catatan alamat itu kepadaku.
“Daejeon ya.. baiklah..”

“Jongwoon..”
“Emm..”
“Aku sudah membaca resume interogasi yang dilakukan pada para saksi.”
“Lalu?” aku menanggapinya sedikit karena aku memang sedang konsentrasi menyetir.
“Kurasa korban bukan meminum racun sianida itu. Kemungkinan ia mau meminumnya sangat kecil. Jika memang saksi kedua menawarkan minuman, itu sangat kecil kemungkinannya yang ditawarkan adalah minuman berbotol sekecil itu. Kalau boleh, apa aku bisa melihat botol itu lagi?”
“Botol itu ada di kantor.”
“Aku juga ragu jika memang korban meminum racun itu atau ia mendapatkan dari orang lain dan meminumnya. Kalau ia meminum itu, kemungkinan itu adalah obat yang ia bawa. Sedangkan menurut pengakuan saksi, mereka tidak melihat korban mengeluarkan sesuatu daari tasnya selain passport. Lagipula, mana ada minuman berbotol sekecil itu.” Jelasku dan ia mendengar sambil mengangguk-angguk.
“Jadi itu bukan bukti kuat.” Tambahnya.
“Oh iya. Miwoo. Kau bilang kau seorang peneliti. Apakah bisa diperiksa apa korban memang menelan sianida? Apakah bisa dideteksi dari mayatnya? Teknologi DNA biasanya bisa mendeteksi sidik dengan uji DNA.”

“Uji DNA bisa di lakukan jika kita menemukan jejak pelaku di barang bukti dan kita sudah menduga tersangka yang mau diuji sebelumnya. Kalau hanya mendeteksi keberadaan sianida, bisa saja lewat darah korban atau urin. Kalau kau memang ingin melakukannya, aku bisa meminta tolong temanku dari divisi haemo atau renalis memeriksanya? Bagaimana?”
“Terserah kau.”
Kami pun kembali diam. Ia benar-benar serius dengan kegiatan ini. Padahal tidak ada hal yang menguntungkan untuknya selain kesenangan pribadinya melampiaskan imajinasinya tentang cerita detektif.
“Jongwoon..” Ia kembali membuka mulut.
“Emm..”
“Bagaimana jika pelakunya lebih dari satu orang?”
Aku langsung menengok ke arahnya yang sedang menatap ke depan.
“Awas!”
CKKIIITTTT
Miaawww..
Seekor kucing nyaris saja tertabrak olehku menyeringai ke arahku. Kalau ia bisa bicara, aku taruhan kalau yang dikatakan kucing itu umpatan, makian dan teriakan padaku yang meleng menyetir. Aku memutuskan untuk menghentikan mobil. Mendengarkan pendapatnya dulu.
“Maksudnya, kau berpikir lebih dari satu orang yang membunuh? Pembunuhan berencana begitu?”
“Ne. Suasana ramai dan gaduh itu menjadi hal yang menguntungkan beberapa pelaku kejahatan karena banyak orang pasti tidak menduga dan memperhatikan kalau terjadi pembunuhan di sana. Seperti kebanyakan kasus terorisme dimana pelaku mengambil kesempatan saat orang-orang lengah dan tidak sadar. Akhirnya mereka bisa melakukan aksinya sesuai rencana. Jika memang ahjusshi itu dibunuh dengan direncanakan sebelumnya, skenarionya misalnya membuat korban seakan-akan terkena serangan jantung mendadak akibat suatu hal yang mengagetkan, atau membuat korban seakan-akan keracunan minuman,,atau lainnya”
Dugaan Miwoo ini sedikit membuatku berpikir kemungkinan lain yang memang tidak aku perhatikan. Aku bersyukur gadis ini menyukai kisah detektif. Ia banyak belajar juga rupanya. Bersyukur juga karena ia ternyata pintar. Tapi permasalahannya, dia sepertinya tidak keberatan dengan kegiatan ini. Tidakkah ia pikir menjadi detektif itu berbahaya? Ada peraturan tidak tertulis bahwa detektif itu harus bekerja sendirian agar rahasia dan hipotesisnya aman. Semua juga salahku dengan baik hatinya mempersilahkan ia ikut. Nanti akan aku katakan agar ia mau mengerti untuk tidak terlibat lebih jauh. Aku memutuskan melanjutkan perjalanan.

“Yang mana rumah korban?”
“Rumah berpagar cokelat.”
“Aisshh. Kalau kita hanya di sini saja kita tidak akan mendapat apa-apa. Kenapa tidak langsung ke rumahnya saja.”
“Kau ini berisik sekali. Diam di sini dan lihatlah bagaimana aku mendapatkan informasi mengenai korban.”
Aku segera melepas blazer ku dan keluar dari mobil. Ada seorang ibu setengah baya yang sedang menyapu pekarangan rumahnya.
“Annyeonghaseo, ahjumma.”
“Annyeong.”
“Aku ke sini mencari rumah keluarga Choi. Katanya alamatnya di sini.”
Aku menyodorkan alamat korban di kertas itu.
“Rumah Choi? Benar ini alamatnya?”
“Ne, ahjumma. Itu yang kuperoleh.”
“Wah sepertinya kau salah. Rumah itu bukan rumah keluarga Choi. Tapi rumah keluarga lee.”
“Lee? Aigoo jadi aku sudah tertipu alamat palsu?” *author sing: kemana..kemana dimana..”*
“Iya. Mungkin kau sudah tertipu. Tidak ada yang bernama Choi di sini.”
“Lalu keluarga Lee ini sebenarnya siapa?”
“Ah,, aku juga tidak begitu tahu banyak tentang keluarga ini. Yang kutahu ia punya satu orang anak yang sekarang sudah berkewarganegaraan Amerika. Beberapa hari yang lalu kedua orang tuanya bertengkar hebat karena tuan Lee selingkuh. Sepertinya akan bercerai.”
“Bercerai? Pantas saja rumahnya terliat sepi ya.”
“Lalu sekarang mereka kemana bi?”
“Kalau itu aku kurang tahu nak. Dugaan warga katanya sudah pisah rumah. Mereka berdua memang jarang sekali keluar rumah. Semenjak anaknya menetap di Amerika mereka jarang sekali terlihat. Sesekali tuan Lee hanya ikut kami senam di kompleks ini.”
“Oh..begitu ya..”
“Kalau nyonya Lee nya bagaimana bi? Dia dimana sekarang? Masih tinggal di situ?”
“Tidak. Rumah ini sudah lama tidak menampakkan tanda-tanda kehidupan. Jadi tidak mungkin masih tinggal di situ. Dengar-dengar sih, tapi kau jangan bilang siapa-siapa ya. Kata nyonya sebelah, istrinya sudah jadi gila. Aku sih tidak tahu benar. Tapi bisa saja kan karena masalah pernikahan mereka, ia jadi begitu. Kalau benar sih, kasian sekali. Eh, tapi aku hanya mendengar darai orang loh. Kau jangan menyebar nyebar cerita ini sembarangan ya.”
Aku mengangguk-angguk pura-pura menurut. Mendengarkan ceotehannya. Ada untungnya juga berbicara dengan ahjumma gosip. Aku langsung berpamitan setelah sebelumnya membantu ahjumma membuangkan sampah ke tempat sampah besar di samping taman rumahnya.

Miwoo POV
Aisshh Jongwoon kenapa lama sekali bercakap-cakap dengan agasshi itu. Aku tak sabar menunggunya. Aku ingin keluar saja. tapi aku urungkan niat dan memutuskan menontonnya saja sambil terkekeh karena melihat ia yang membantu bibi itu membuangkan sampah. Tak lama ia kembali masuk ke mobil. Aku tak sabar ingin mendengar apa yang akan ia katakan.
“Inilah gunanya detektif dalam kepolisian. Polisi hanya menyelidiki semua yang terlibat dalam kasat mata. Jika korban tidak memiliki keluarga yang mencarinya, polisi tidak akan mau repot-repot mengorek informasi detail dari orang lain.”
“Maksudmu?”
“Ayo kita pergi. Sekarang kita cari tahu siapa istri sah korban ini. Kita ke kantor catatan sipil.”
“Eh?”
Jongwoon hanya tersenyum.

Jiyoung POV
Aigoo ini kesempatanku. Kyuhyun oppa benar-benar memenuhi permintaanku memberikan kasus pembunuhan padaku. Dengan cepat aku mengerjakan berkas ini dan membuat daftar pertanyaan yang mungkin akan aku ajukan nanti pada saksi, maupun pada kepolisian. Semangat! Kataku dalam hati sampai mengangkat tangan kananku tinggi-tinggi.
“Jiyoung-a. kau boleh bersemangat, tapi tetap kendalikan dirimu di depanku.”
Kyuhyun oppa menegurku. Kami memang satu ruangan karena aku menjadi bawahan Kyuhyun oppa. Ia duduk di set mejanya di depan mejaku. Jadi tentu saja ia melihat ekspresiku tadi yang mungkin menjijikan baginya.
“Ah, he he.”
Aku hanya menyengir menanggapinya.
“Oppa, menurutmu pelaku harus diapakan ya?”
“Pelakunya? Digantung saja di Taman Babillonia.”
Aku mengerucutkan bibirku.
“Oppa, pendapatmu tidak membantu.”
“Ha ha. Jiyoung-a. kenapa tidak kau tanya saja pada Jongwoon hyungmu itu.”
“Aishh.. oppa! Apa yang kau katakan. Jangan membuatku malu. Menuntut dan menentukan hukuman kan tugas jaksa, bukan detektif. Bisa malu aku kalau seperti itu masih ditanyakan.”
“Jiyoung-a. Kau tidak perlu berpura-pura. Memang itu kan yang kau mau? Kalau kau memang suka pada hyung, aku akan membantumu dekat dengannya.”
“Jinja? Janji loh oppa?”
“Ne..”
“Oppa, Gomawo.” Aku tersenyum dan menampakkan wajah manisku.
“Jadi apa rencanamu sekarang?”
“Eh? Rencana?”
“Aishh. Kau ini. Kalau ingin mendekati lawan jenis ya harus pakai rencana supaya berhasil. Kau mau mendapatkan Jongwoon hyung tidak?”
“Lalu apa yang sebaiknya aku lakukan?”
“Temui saja dia terus. Semakin sering bertemu akan semakin bisa mengenal. Tak kenal maka tak sayang.”
“Mmm..” aku mengangguk pelan.
“Oppa bisa membantuku?” aku pun bertanya lagi. Ia hanya menghela nafas dan tidak menjawab apapun.

Register Office, 11:21 am
Miwoo POV
Aku hanya mengikuti kemana langkah Jongwoon. Ia berjalan nampaknya ke salah satu meja petugas yang bertuliskan “pernikahan”. Orang-orang yang mengantri giliran atau sekedar menunggu selesainya surat mereka, melihat ke arah kami berdua yang berjalan ke meja petugas pernikahan itu. Mungkin mereka mengira kamilah yang akan mendaftarkan pernikahan?
“Permisi,, aku ingin bertanya mengenai catatan pernikahan untuk seseorang bernama Lee Namji ada? Boleh aku lihat?” Jongwoon bertanya pada petugas sipil di depan ini.
“Kapan tahun pernikahannya?” Tanya noona tersebut sambil mengetik.
“Ah, maaf noona aku kurang tahu.”
“Kalau begitu sulit untuk menemukannya. Kami juga tidak dapat memberiahukan mengenai data seseorang sembarangan.”
Kulihat Jongwoon mangambil sesuatu dari dompetnya dan menyerahkan kepada noona tersebut. Itu kartu namanya.
“Kalau begitu aku minta bantuanmu noona untuk menemukan catatan pernikahan tuan Lee Namji.”
Noona tersebut terlihat sedikit kaget dan sepertinya mengerti maksud Jongwoon. Dia pun mengangguk dan mengatakan pada kami untuk menunggu di kursi tunggu. Baru saja aku ingin bertanya, Jongwoon mengangkat telepon yang sepertinya penting dan meninggalkan aku. Tidak bicara sama sekali padaku. Aku jadi bingung.

Jongwoon POV
Ponselku bergetar dan kulihat panggilan dari paman. Aku segera meninggalkan kursi ruang tunggu.
“Yeobseo.”
Jongwoon-a.”
“Ne. ada apa paman?”
“Bisa kau ke rumah sakit sekarang? di tubuh korban ditemukan bekas suntikan di bahunya. Bekasnya membengkak. Diduga suntikkan itu terjadi secara paksa sehingga bisa membengkak.”
Aku cukup terkejut dengan kabar ini. Aku hanya diam dan berguman tanda mendengarkan apa yang dikatakan paman. Berarti benar bahwa korban dibunuh. Dan caranya dengan menyuntikkan racun yang ada di botol itu. Botol itu pasti memiliki penutup karet atau jenis yang mudah ditusukkan jarum. Aku mengerti sekarang. Aku sudah bisa menduga siapa pelakunya kalau begitu. Artinya aku harus menemukan buktinya lagi di TKP.
Kau sekarang ada dimana?” paman bertanya.
“Aku di kantor catatan kepolisian.” Jawabku
.“Jongwon-a. Ini surat catatan pernikahannya. Sudah.” Miwoo mengagetkanku.
Suara siapa itu? Miwoo? Surat pernikahan? Kau di.. Ya Tuhan Jongwoon-a! kalian mendaftarkan pernikahan kalian tanpa memberitahuku!
“De?” Aku sedikit teriak karena kaget.
Jangan bilang kau belum memberitahu orang tuamu, Jongwoon-a.”
“Aish paman, aku tidak mendaftarkan pernikahan.”
Lalu apa yang kudengar tadi?
Miwoo berdiri menghampiriku dan menyembulkan mukanya di wajahku sekarang. kurasa ia mengisyaratkan pertanyaan padaku siapa yang ku telpon. Ah, ribet sekali. Kuputuskan membiarkannya dulu.
“Aku sedang mencari nama alamat istri korban. Ada baiknya aku mendapatkan informasi di sini.”
Lalu kenapa kau mengajak Miwoo dalam penyelidikanmu? Kau tahu kan apa yang seharusnya kau lakukan. Membawa orang lain bersama-sama dalam penyelidikan selain kepolisian sangat berbahaya. Meskipun kau percaya pada pacarmu tapi tetap saja tidak boleh begitu, Jongwoon-a.
“Iya. Aku mengerti. Aku akan menyuruhnya pulang nanti.”
Tentu saja. Jangan seperti itu lagi Jongwoon-a. Meskipun aku mengerti gejolak cintamu saat ini, berat jika tidak bisa bertemu dengan pacarmu sebentar saja, tapi bukan berarti kau bawa dia kemana-mana.”

“Aish. Apa sih yang paman katakan? Ah, sudahlah paman. Aku tidak mau berdebat. Kau sudah salah paham sejak kemarin. Aku pasti akan ke rumah sakit. Kuhubungi lagi nanti.”
Tuut. Aku menutup telepon sebelum paman selesai bicara.
“Dari paman.” Jawabku kemudian pada Miwoo.
Aku harus melihat mayat korban sekarang. Suntik paksa itu kemungkinan cara yang dilakukan pelaku untuk membunuh korban. Sekarang penting bagiku untuk mencari penguatan motif dibalik pembunuhan ini. Tapi masalahnya sekarang Miwoo harus kuminta pulang. Tepatnya aku harus memaksa ia pulang karena aku yakin dia pasti akan memaksa tetap ikut meskipun kujelaskan alasannya.
“Ayolah cepat kita pergi.” Kataku pada Miwoo.

Miwoo POV
Semua yang kami cari sudah kami dapatkan di berkas yang telah diberikan petugas catatan sipil tadi. Sekarang kami berdua duduk di mobil Jongwoon. Ia sedang membaca satu persatu berkas dan catatan tentang korban yang diperoleh dari kepolisian, forensik, dan catatan sipil. Semua ia baca satu persatu dan memberikan juga satu persatu kepadaku yang sudah ia baca. Sudah hampir sepuluh menit lebih ia begitu. Tidak bicara sama sekali padaku. Isyarat mata atau menoleh apapun tidak. Aku jadi seperti angin yang dibiarkan begitu saja. Akhirnya ia membuka mulutnya mulai bersuara.
“Aku mengerti.”
Aku hanya mengeritkan dahiku. Apa yang ia lakukan sedaritadi membuat aku bingung. Tak bisakah dia jelaskan padaku. Dia melakukan semua tanpa bicara padaku.
“Tapi aku tidak mengerti.” Kataku mencoba meminta penjelasan kepadanya.
“Yasudah jangan coba mengerti.” Jawabnya santai.
“Yak! Aku kan juga ingin mengerti. Aku bingung dengan semua yang tertulis di sini. bagaimana aku bisa menganalisis kasus ini?”
“Menganalisis kasus? Ya ampun.. Nona Shin Miwoo, aku tidak pernah memintamu ikut-ikutan kan?”
“Tapi kemarin kau bilang datang saja ikut kau?”
“Iya aku bilang ikut saja. Tapi tidak bilang untuk menganalilis kasus juga kan?”

“Oh..oh.. lalu kenapa kau biarkan aku ikut? Kau membuat aku berharap. Menyebalkan sekali.”
Aku mendengus kesal. Orang ini kembali menjadi menyebalkan. Ah..aku sendiri tidak mengerti kenapa aku malah membuang-buang waktu di sini kalau memang awalnya dia memang tidak berniat melibatkanku menyelidiki dan menganalisa kasus. Aku salah mengira sikapnya kemarin. Kesal. Harusnya aku meneruskan penelitianku yang tertunda di Lab. Uh.. sekarang ia malah cuek-cuek saja dan menelepon seseorang yang kelihatannya penting. Aku jadi berniat untuk pulang saja. menjadi detektif itu tidak menyenangkan. Aneh. Baru aku ingin membuka pintu mobil ia langsung menahanku.
“Mau kemana?”
“Pulang!” jawabku ketus.
“Ya. Hati-hati ya!”
Mwo? Cuma itu yang ia bilang? Ishh. Aku jadi seperti orang bego yang mengikuti dia dan daritadi aku juga terus berbicara mengenai kasus ini padanya. Tidakkah ia lihat aku antusias seperti ini. Aku kesal sekali. Aku lalu membuka pintu mobil dan menutupnya kesal. Berjalan terus menuju halte terdekat dan meninggalkan Jongwoon yang masih di mobilnya. Masih sibuk dengan urusannya dengan mencoret-coret kertas catatan yang dipegangnya.
Jongwoon POV
Aku melihat-lihat kembali semua berkas ini. Interogasi saksi, data korban, dan semuanya. Membacanya semua satu-persatu dan memberikannya pada Miwoo. Untuk saat ini aku memang sengaja tidak mempedulikannya.
“Aku mengerti.” Kataku lirih.
“Tapi aku tidak mengerti.” Sahutnya.
Aku menoleh padanya dan kulihat wajahnya meminta penjelasanku.
“Yasudah jangan coba mengerti.” Jawabku santai. Aku sengaja supaya ia kesal.
“Yak! Aku kan juga ingin mengerti. Aku bingung dengan semua yang tertulis di sini. bagaimana aku bisa menganalisis kasus ini?”
“Menganalisis kasus? Ya ampun.. Nona Shin Miwoo, aku tidak pernah memintamu ikut-ikutan kan?”
“Tapi kemarin kau bilang datang saja ikut kau?”
“Iya aku bilang ikut saja. Tapi tidak bilang untuk menganalilis kasus juga kan?”
“Oh..oh.. lalu kenapa kau biarkan aku ikut? Kau membuat aku berharap. Menyebalkan sekali.”
Dia mendengus kesal. Biar sajalah. Aku memang harus bersikap begini agar ia mau pergi dengan sukarela. Ponselku bergetar kembali. Nomor yang tidak ada dalam phonebook-ku. Aku jawab saja sekarang.
“Yeobseo.”
Belum jelas aku mendengar siapa yang menelepon. Miwoo terlihat akan beranjak dari duduknya. Aku menahannya dengan memegang tangannya.
“Mau kemana?” tanyaku.
“Pulang!” jawabku ketus.
Bagus. Berhasil.
“Ya. Hati-hati ya!” jawabku dengan senyum.
Dia lalu membuka pintu mobil dan menutupnya kesal. Aku kemudian melanjutkan menjawab teleponku sambil terus mengamatinya menjauh.
Yeobseo.
“Ah, De. Yeobseo.”
Yeobseo, Jongwoon oppa?
“De. Nugu?”
Jiyoung. Han Jiyoung imnida.
“Oh, Jiyoung-a. mianhe tadi aku sedang berbicara dengan seseorang. Ada apa?”
Em,,aku,, emm” aku menunggunya berkata sesuatu. Tapi tak kunjung ia katakan. Ia hanya bersuara ragu-ragu.
“Gwencana, Jiyoung-a. katakan saja. ada apa?”
Oppa. Aku sudah menentukan tuntutan untuk kasus pembunuhan dan pemerkosaan pekerja malam nona X oppa. Kau bilang jika ada kasus seperti ini bisa meminta bantuanmu. Aku butuh bantuanmu oppa. Aku sulit menjerumuskan terdakwa kalau hanya dengan bukti yang tercatat di kasus ini.
“Oh, iya aku ingat kasus itu. Boleh. Memang itu juga yang menjadi pencarian polisi. Sebenarnya kami telah menemukan bukti baru kemarin.”
Jinja? Wah, kalau begitu bolehkah kau bagi informasinya? Mianhe aku merepotkan.”
“Ani. Ani. Tidak merepotkan kok.”
Kalau begitu, bisakah kita bertemu sekarang?
“Sekarang?”
Iya. Tidak bisa ya?
“Ah, bisa kok. Bisa. Tapi aku harus mengambil dulu ke kantor. Sore saja ya. Dimana?”
Di Seoul café saja. Oppa tahu kan?
“Ne. kalau begitu sampai jumpa ya.”
Ne. gomawo oppa. Anyeong.”
Aku menutup teleponnya dan langsung menyimpan nomor Jiyoung. Baguslah. Dia kan seorang jaksa. Mungkin saja ia punya informasi lain yang memperkuat dugaanku. Aku sudah tahu motif pembunuhan ini, bagaimana pelaku melakukannya. Yang kurang meyakinkan adalah siapa pelakunya. Aku segera memutar setir untuk ke rumah sakit. Seperti yang paman bilang tadi untuk menemuinya dan melihat mayat korban. Tapi selain itu ada hal penting yang harus ku cari di rumah sakit juga. Yaitu menemui istri korban di poli psikis atau kejiwaan.

At Seoul Hospital, 12:43 am
Aku menuju kamar yang dikatakan suster. Kamar pasien bernama Lee Seoyoon, istri dari korban pembunuhan, Lee Namji. Aku bertanya kepada petugas yang ada dimana kamarnya dan menanyakan yang mana Lee Seoyoon tersebut. Apa yang kulihat ternyata mengejutkanku. Istri korban sangat menyedihkan, badan yang kurus dan sudah tidak waras lagi alias gila. Lebih mengagetkan lagi, seorang namja yang bersamanya, dan aku mengenalnya, yaitu saksi kelima, namja yang diketahui sebagai pegawai Bank. Namja itu sedang duduk di samping pasien yang terlihat sedang memain-mainkan nampan rumah sakit. Apa yang kulihat sesuai dugaanku. Nama namja itu adalah Lee Hyunki dan itu adalah nama dari anak korban Lee Namji. Namja itu kaget melihat aku yang masuk ke kamar pasien ini.
“Tu..tuan Detektif?”
“Jadi, benar dugaanku. Kau memang punya hubungan dengan korban. Menyedihkan bahwa kau mengakui tidak mengenal ayahmu sendiri.”
“Apa yang kau katakan sama sekali tidak pantas tuan Detektif. Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.”
“Aku sudah tahu. Yang aku belum tahu apa hubunganmu dengan sopir bus itu? Apa dia pria yang membuat keluargamu..”
Belum sempat aku melanjutkan, ia meraih kerah bajuku dan bersiap memukulku atau mungkin membunuhku juga?
“Dia tidak ada hubungannya dengan semua ini. Berhentilah menatapku seakan aku bersalah. Huh! Tuan detektif, meskipun kau tahu semuanya. Kau tetap tidak dapat menuntutku atau memaksa polisi menangkapku. Kau belum punya bukti.”
Aku melepas tangannya dari kerah bajuku dan berjalan menuju pasien.
“Kau tidak usah khawatir Lee-shii. Aku akan mengurus eommamu nanti.” kataku pada namja itu sambil duduk di samping Lee ahjumma. Lee ahjumma hanya menatap aku heran dan tertawa-tawa sendiri.
“Kau tidak akan bisa menemukan buktinya, tuan Detektif.”

-TBC-

 

FF SEOKYU : [ONE SHOOT] NO OTHER

Posted by NurfitriHyesa629Annyeong Para readersku tercinta ^^

Di WP aku yang https://iaeveleandra.wordpress.com juga akan di post ff dengan cast kyu-rae.
Moga moga suka ya….

Happy Reading :D

Biarkan TYPO menikmati bagiannya...



______*****_______




Kyuhyun POV
“Kyuhyun kenapa melamun” kata seseorang sambil melambaikan tangannya di depan wajahku.
“Ah Hyung membuatku kaget saja” kataku sambil mengelus-elus dadaku.
“Ya! Kenapa kau melamun? Ah ya kau pasti memikirkan wajah Victoria yang cantik. Ia kan?” kata Sungmin hyung sambil tersenyum jail.
“Hyung! Berhentilah menggodaku. Aku dan Victoria noona hanya berteman” kataku kesal.
“Lalu kau memikirkan siapa?” tanya Sungmin hyung bingung. Aku tetap tidak menjawab. Saat ini pikiranku sedang melayang.
“Mwo! Apakah ini benar?!” teriakan Sungmin hyung mengagetkanku dari lamunanku. Aku pun beralih kepadanya.
“Seohyun-shii saengil chukahamnidha. Jeongmal saranghae. Apakah kalimat ini benar? Ya! Cho Kyuhyun kau suka pada Seohyun” kata Sungmin hyung sambil menatapku dengan tatapan kaget. Aku melihatnya sedang memegang kertas yang semalam aku tulis. Aku sangat malu sekarang.
“Ya! Hyung kenapa kau membaca rahasia orang sembarangan” kataku marah.
“Cho Kyuhyun aku bangga bisa punya dongsaeng sepertimu” kata Sungmin hyung sambil menepuk-nepuk pundakku.
“Hai semua aku kembali” kata sebuah suara yang aku kenali. Dengan cepat aku pun merebut kertas yang dipegang Sungmin hyung dan memasukkannya kembali ke dalam amplopnya dan mengambil bungkusan di atas meja belajarku. Aku pun membuka pintu kamarku.
“Annyeong ajusshi. Bisakah kau memberikan ini pada Seohyun?” kataku ramah. Ya pria itu adalah manager SNSD berhubung aku mau memberikan kado untung Seohyun aku titip aja ke managernya.
“Tumben kamu ramah sama aku. Oke nanti aku bilang ke Seohyun kalau kado ini dari kamu” kata Manager Kim sambil tersenyum.
“Aniyo jangan bilang dari aku bilang saja dari fansnya, aku mau memberikan Seohyun kejutan” kataku sambil tersenyum memelas.
“Ne arasso nanti akan aku sampaikan. Mmhh Sungmin dimana leader kalian yang ganteng itu?” kata Manager Kim sambil tersenyum jail.
“Dia sedang pergi. Ajusshi kan tahu dia hari ini siaran Radio Sukira” kata Sungmin sambil tertawa.
“Ah ya aku lupa. Nanti kalau Leeteuk pulang katakan padanya Taeyeon titip salam” kata Manager Kim sambil tersenyum.
“Ye nanti akan aku sampaikan salam cinta dan sayang dari Taeyeon untuk Leeteuk” kataku sambil tertawa.
“Oke aku pulang dulu. Bye” kata Manager Kim sambil berjalan ke arah pintu dorm.
“BYE!” kataku sambil berteriak. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku.
“Sungguh aku benar-benar bangga punya dongsaeng sepertimu yang berani menyatakan cintanya. Aku saja tidak berani menyatakan cintaku pada Sunny-shhi” kata Sungmin hyung sambil tersenyum. Aku hanya membalasnya dengan senyuman evilku.
End Kyuhyun POV
Seohyun POV
Cahaya matahari masuk menembus kamar di dormku. Aku pun terbangun dan tidurku yang sangat nyenyak karena kelelahan. Semalam aku dan eonnideulku merayakan ulang tahunku. Sebenarnya hari ini aku berulang tahun tapi para eonniedeul bersikeras untuk mengadakan ulang tahunku lebih cepat sehari. Ddrrttt…. Vibra ponselku bergetar berulang-ulang kali. Aku pun segera mengambil ponselku. Ada sebuah SMS dari Yong Hwa oppa.
Saengil chukhamanidha Seohyun. Semoga kamu panjang umur dan karirmu lancar. Mmmhhh Seohyun bisakah kita bertemu di Café Melody Stars jam 10? Ada sesuatu yang mau aku bicarakan.
Aku pun segera mandi dan berpakaian setelah itu aku mengambil kunci mobil dan pergi ke Café Melody Stars. Setibanya di café itu aku pun segera masuk ke dalam. Aku melihat ke sekeliling. Mmhh sepertinya aku terlalu cepat datang. Karena aku tidak melihat Yong Hwa oppa dimanapun. Biasanya dia selalu datang lebih dulu dariku. Aku melirik arloji ditanganku. Ya ampun sekarang baru jam setengah 10. Aku pun segera mencari tempat duduk. Aku memilih duduk di tengah-tengah café itu supaya aku bisa melihat kedatangan Yong Hwa oppa.
Tak lama kemudian Yong Hwa datang. Dia menatapku sambil tersenyum. Dia pun menuju meja tempatku duduk dan duduk di depan.
“Rupanya aku terlambat. Tumben sekarang kamu datangnya cepat” kata Yong Hwa oppa sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum.
“Apa yang mau oppa bicarakan? Sepertinya sangat penting” kataku sambil tersenyum.
“Mmmhh Seohyun….mmhhh” kata Yong Hwa oppa gugup. Baru kali aku melihatnya gugup.
“Seohyun would you be my girlfriend now and forever?” kata Yong Hwa oppa sambil tersenyum. Aku sangat kaget.
“Op…oppa serius?” kataku kaget.
“Ya! Apakah kamu melihatku sedang main-main?” katanya sambil tersenyum lembut.
“Oppa aku belum bisa menjawabnya sekarang. Bisakah oppa memberiku waktu” kataku.
“Oke. Aku akan memberimu waktu. Tapi jangan lama-lama yah” kata Yong Hwa oppa sambil tersenyum. Aku hanya menganggukkan kepalaku.
“Mmhh oppa tidak ada lagi yang mau dibicarakan kan?” kataku canggung.
“Masih ada. Ada apa? Apakah kamu masih ada urusan lain?” kata Yong Hwa oppa cemas.
“Anio hanya saja…..” kataku terputus oleh ucapan Yong Hwa oppa.
“Tak apa pulanglah. Aku tidak akan memaksamu untuk tinggal menemaniku” katanya dengan lembut.
“Mianhe oppa. Annyeong” kataku sambil membungkukkan badan 90 derajat dan segera pergi menuju mobilku. Aku pun segera pergi menjauhi café Melody Stars.
Pikiranku saat ini tidak tenang. Apakah aku harus menerima Yong Hwa oppa yang sangat baik padaku? Tapi aku masih berharap pria itu menyukaiku. Pria yang selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Pria yang pernah menjadi teman berduetku. Ya aku masih menantikan Cho Kyuhyun. Pria yang 2 tahun belakangan ini aku sukai. Namun aku takut dia menyukai wanita lain dan seperti dia sudah berpacaran dengan Victoria eonnie. Karena belakang ini aku melihat mereka sangat mesra.
Tanpa sadar aku sudah sampai di depan dorm SNSD. Aku pun segera memarkirkan mobilku di garasi dan masuk ke dalam dorm dengan malas.
“Annyeong aku pulang” kataku sambil melangkahkan kakiku memasuki dorm.
“Annyeong Seohyun” kata Yoona eonnie sambil tersenyum. Aku pun menghempaskan diriku ke sofa. Saat ini aku sangat lelah.
“Seohyun gwenchana?” kata Yoona eonnie cemas. Aku hanya menggelengkan kepala lemah.
“Aku hanya lelah” kataku sambil tersenyum.
“Sebaiknya kau menjaga kesehatanmu baik-baik karena sebentar lagi kita akan mengadakan konser di Jepang” kata Yoona eonnie sambil tersenyum. Aku hanya menganggukkan kepalaku. Di antara para eonniedeul yang lain, Yoona eonnie adalah eonnieku yang paling perhatian. Dia sangat baik dijadikan tempat untuk curhat.
“Seohyun ada hadiah dari para fansmu” kata Manajer Kim sambil membawa tumpukan kado dan meletakkannya di depanku.
“Kamshamidha ajusshi” kataku sambil tersenyum. Manager Kim pun tersenyum dan dia pun berjalan keluar dorm SNSD. Aku pun mulai membuka hadiahku satu persatu. Ada fansku yang memberikanku boneka keroro ada juga yang mengirimkanku lilin berbentuk keroro, ada juga kaos dll.
“Wah magnae sepertinya ulang tahunmu kali ini para fansmu memberikanmu hadiah serba keroro yah” kata Yoona eonnie sambil tersenyum.
Tiba-tiba, mataku tertuju pada sebuah hadiah berwarna merah muda. Karena aku penasaran, aku pun segera membukanya. Wow sebuah gaun.
“Wow! Neomu kyeopta. Siapa yang memberikannya?” tanya Yoona eonnie kagum.
“Aku juga tidak tahu dia tidak menulis namanya” kataku sambil memandangi gaun itu. Gaun itu sangat indah. Gaun tanpa lengan selutut berwarna putih dan di bagian pinggangnya ada hiasan berbentuk pita kecil berwarna emas.
“Seohyun-shii saengil chukhamnidha. Jeongmal saranghae” kata Yoona eonnie.
“Mwo?” kataku kaget. Aku pun segera beralih pada Yoona eonnie.
“Ini tadi jatuh waktu kau membuka bungkusan itu” kata Yoona eonnie.
“Apa maksudnya?” kataku heran.
“Wah! Hyunnie, Yong Hwa memberikanmu DVD Keroro yang lemited edition” kata Yoona eonnie setengah berteriak.
“Ternyata oppa tahu juga kalau aku belum punya DVD ini” kataku sambil tersenyum. Tiba-tiba kata-kata Yong Hwa oppa tadi pagi terngiang-ngiang di otakku.
“Hyunnie gwanchana?” kata Yoona eonnie cemas.
“Ah ye, gwenchanayo eonnie” kataku sambil tersenyum. Aku kembali memusatkan perhatianku pada hadiah-hadiahku. Kebanyakan hadiah tersebut diberikan oleh para artis yang bernaung di SME.
“Sepertinya orang yang memberikanmu gaun itu juga adalah artis, karena gaun ini sangan lembut dan terbuat dari kain yang mahal. Aku yakin pasti dia adalah seorang artis” kata Yoona eonnie sambil mengelus-elus kain gaun itu.
“Entahlah eonnie aku tidak tahu” kataku sambil mengangkat bahu. Sebenarnya aku sangat berharap bahwa dialah yang memberikanku hadiah ini. Hanya dia.
End Seohyun POV
Kyuhyun POV
“GameKyu apalagi rencanamu selanjutnya untuk merebut hati Magnae SNSD” kata Sungmin hyung sambil tersenyum.
“Aku akan menyatakan cintaku pada saat acara pernikahannya managernya SHINee” kataku sambil tersenyum.
“Bagus, ternyata ilmu yang selama ini aku ajarkan padamu tidak kau sia-siakan” kata Sungmin hyung sambil menepuk-nepuk pundakku. Aku hanya tersenyum jahat.
“Tapi bagaimana kalau seandainya Seohyun menolakmu atau mungkin dia menyukai Yong Hwa?” kata Sungmin hyung. Aku pun menghela napasku. Kata-kata Sungmin hyung hampir saja membuat nyaliku ciut.
“Kalau seandainya dia menolakku tak apalah, yang penting aku sudah mengatakan perasaanku padanya” kataku sambil tersenyum.
“Bagus Kyu. Aku bangga punya dongsaeng sepertimu” kata Sungmin hyung sambil tersenyum.
“Hyung aku bosan mendengarmu selalu mengatakan bahwa kau bangga punya dongsaeng sepertiku” kataku sambil tersenyum jahat.
End Kyuhyun POV
Seohyun POV
Jam keroroku sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Tapi mataku belum juga tertutup. Saat ini aku sedang memikirkan kata-kata Yong Hwa oppa dan aku juga sedang memikirkan siapa pengirim yang mengirimiku hadiah itu. Tiba-tiba pintu kamarku diketuk seseorang.
“Masuklah” kataku sambil menatap langit-langit kamarku.
“Hyunnie apakah kau sudah tidur?” kata Yoona eonnie sambil tersenyum.
“Aniyo aku belum mengantuk” kataku sambil tersenyum.
“Aku numpang curhat yah disini” kata Yoona eonnie. Aku hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Yoona eonnie pun berbaring di kasurku yang luas.
“Kau tahu Seohyun aku tidak bisa tidur karena kepalaku sedang penuh dengan Ki Bum oppa. Semenjak aku bermain di drama Cinderella Man dia jadi jarang menghubungiku. Mmhhh apakah dia marah denganku?” kata Yoona eonnie sambil menghela napasnya.
“Eonnie jangan berpikiran seperti itu dulu. Coba eonnie tanyakan kepada Ki Bum oppa kenapa dia jarang menghubungi eonnie, mungkin dia sibuk” kataku sambil tersenyum.
“Oke saranmu akan aku ikuti. Mmhh ngomong-ngomong soal pengirim hadiahmu itu kamu berharap itu siapa?” kata Yoona eonnie sambil tersenyum.
“Eonnie!” seruku. Aku saat ini sangat malu. Apa nanti tanggapan Yoona eonnie kalau dia tahu jawabanmu.
“Tak apa. Beritahukanlah padaku. Aku janji aku gak bakalan kasih tahu siapa-siapa?” kata Yoona eonnie sambil tersenyum jail.
“Eonnie jangan bilang siapa-siapa yah. Aku berharap itu Kyuhyun oppa” kataku malu.
“Mwo? Kyuhyun?” kata Yoona eonnie sambil menutup mulutnya dengan tangannya.
“Tapi sepertinya itu bukan Kyuhyun oppa deh karena Kyu oppa sepertinya sudah pacaran dengan Vic eonnie” kataku lagi.
“Itu kan baru sepertinya” kata Yoona eonnie. Tiba-tiba handphoneku bergetar. Aku pun segera mengambilnya. Ada sebuah SMS dari seseorang.
“Pada acara besok datanglah dan pakai gaun itu. Mwo?” kataku kaget saat membaca isi pesan itu.
“Apa itu?” kata Yoona eonnie sambil merebut handphoneku.
“Hei apa maksud dari SMS ini? Mmhh sepertinya dia adalah seorang artis dan satu management dengan kita sampai-sampai dia tahu nomor handphonemu” kata Yoona eonnie.
Saat ini aku bingung. Apa sih maksud SMS itu.
“Eonnie memangnya besok kita ada acara apa?” tanyaku lagi.
“Mmmhh kalau gak salah tadi aku dengan Taeyeon ajuhmma mengatakan bahwa besok ada acara pernikahan manager SHINee dan SNSD juga diundang” kata Yoona eonnie. Aku tersenyum. Lucu rasanya mendengar Yoona eonnie memanggil Taeng eonnie dengan sebutan ajumma.
“Ya! Yong Hwa mengirimi SMS. Katanya besok dia mau minta jawabanmu” kata Yoona eonnie sambil tersenyum jahat.
“Eonnie!” kataku dengan muka merah karena malu. Dengan cepat aku pun merebut hanphoneku.
“Jadi dia betul-betul mengatakan cintanya padamu? Kenapa kau tidak menerimanya saja? Ataukan ada pria lain dihatimu?” kata Yoona eonnie.
“Aku masih bingung eonnie apakah sebaiknya aku menerima Yong Hwa oppa. Menurut eonnie bagaimana?” kataku.
“Jangan tanyakan padaku soal perasaanmu karena aku sama sekali tidak tahu bagaimana isi hatimu. Tanyakanlah pada hatimu bagaimana perasaanmu saat bersama dengan Yong Hwa? Jika perasaan itu adalah perasaan cinta, terimalah dia” kata Yoona eonnie panjang lebar. Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti.
Keesokan harinya…….
“Bagaimana jawabanmu, apakah kau menerima Yong Hwa?” kata Yoona eonnie.
“Aniyo eonnie aku bingung” kataku sambil mengaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.
“Aku kan sudah katakan padamu ikuti kata hatimu” kata Yoona eonnie sambil tersenyum ramah.
Tiba-tiba, handphoneku berbunyi. Aku melihat layar ponselku. Ternyata dari Yong Hwa oppa. Aku melirik Yoona eonnie yang saat ini sedang serius melihat drama Ki Bum oppa yang ditayangkan di KBS. Aku pun segera berlari ke balkon dorm SNSD. Sesampainya di balkon dorm, aku pun segera mengangkat telepon dari Yong Hwa oppa.
“Annyeong oppa,waeyo?” kataku ramah.
“Annyeong Seohyun, apakah aku mengganggumu?” kata Yong Hwa oppa lembut.
“Aniyo, oppa sama sekali tidak mengangguku” kataku sambil menggelengkan kepalaku.
“Oh, mmhh bagaimana jawabanmu?” kata Yong Hwa oppa lembut. Aku sedikit kaget. Aku pun menarik napasku dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Aku berharap keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang benar.
“Ne oppa, na do saranghae. Tapi aku hanya menganggap oppa sebagai oppa yang selalu menjagaku. Mianhe oppa karena telah membuatmu kecewa” kataku penuh penyesalan.
“Aniyo. Tak apa-apa. Itu berarti kau bukan jodohku. Tak apalah itu artinya aku harus mencari penggantimu” kata Yong Hwa oppa sambil tertawa.
“Mianhe,jeongmal mianhe oppa” kataku lagi. Saat ini aku benar-benar tidak enak hati.
“Aniyo kau tidak perlu meminta maaf. Oh ya sudah dulu ya” kata Yong Hwa oppa. Aku pun mematikan ponselku. Aku menghela napas dan turun ke bawah.
End Seohyun POV
Author POV
@dorm Super Junior
Prreeet………
“Apa sih yang dilakukan Kyuhyun di kamarnya?” kata Leeteuk sambil mengunyah pop corn.
“Aku juga bingung, tapi sepertinya dia sedang sakit” kata Heechul sambil mengelus bulu HeeJaeHeeBum.
“Hah! Memangnya Kyuhyun sakit apa?” kata Hankyung cemas.
Preett…..
“Mmmhh sepertinya dia terkena masalah pencernaan” kata Yesung sambil geleng-geleng kepala.
“Ye, soalnya dari tadi di kamarnya Kyuhyun seperti terdengar suara orang kentut” kata KangIn sambil menutup hidungnya.
Preeettt……
“Itu kan kedengaran lagi” kata Shindong sambil ngedance ala Rain.
“Kasihan. Ya Tuhan semoga Kyuhyun bisa cepat sembuh” kata Siwon sambil komat-kamit.
“AMIN” kata semua member Super Junior berbarengan.
End Author POV
Kyuhyun POV
“Kyuhyun aku salut dengan kerja kerasmu” kata Sungmin hyung sambil menepuk bahuku.
“Hyung berhentilah menggangguku. Nanti balonnya lepas lagi” kataku jengkel pada Sungmin hyung.
Preeett…..
“Tuh kan balonnya lepas lagi. Kalau hyung menggangguku aku akan menedang hyung” kataku jengkel.
Sudah lebih dari 2 jam aku di dalam kamar untuk meniup balon. Dan dari antara 10 bungkus balon yang kubeli belum satu pun yang bisa berhasil aku tiup karena gangguan dari Sungmin hyung. Padahal acaranya tinggal beberapa jam lagi. Aku semakin kesal jadinya. Tapi buat cinta apa sih yang enggak, batinku dalam hati.
End Kyuhyun POV
Seohyun POV
Semua member SNSD sudah siap untuk berangkat ke acara pernikahan manager SHINee termasuk aku. Aku memakai gaun yang diberikan oleh penggemar misteriusku. Saat ini aku sangat penasaran apakah dia akan menampakkan dirinya di pesta itu ataukah dia hanya membohongiku. Tiba-tiba Yoona eonnie menyikutku.
“Bagaimana apakah kau menerima Yong Hwa?” kata Yoona eonnie setengah berbisik.
“Aniyo eonnie aku tidak menerimanya dan eonnie tahu aku menolaknya karena cowok yang sama sekali tidak ku ketahui” kataku sambil memutar bola mataku.
“Mwo? Kau gila ya? Kau menolak Yong Hwa yang sudah jelas-jelas mencintaimu dan kau lebih memilih pria yang sampai saat ini jati dirinya belum terkuak? Ya! Seohyun bagaimana kalau dia hanya menipumu?” kata Yoona eonnie setengah berteriak.
“Eonnie sendiri yang bilang aku harus mengikuti kata hatiku kan?” kataku lagi. Yoona eonnie pun menghela napasnya.
“Ye, kau memang harus mengikuti kata hatimu” kata Yoona eonnie sambil terrsenyum.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku pun melihat layar ponselku. Ada sebuah SMS.
Cowok misterius ;-(
Huh dia lagi.. apa lagi nih maunya, batinku dalam hati. Aku pun membuka SMS darinya.
Aku akan ada di sana dan aku akan membuat anak kecil bahagia.
“Mwo? Apa lagi maksudnya?” kataku setengah kaget.
“Ayo Seohyun cepat. Kita sudah terlambat” kata Tiffany eonnie sambil menarik tanganku.
Aku pun segera masuk mobil van SNSD. Selama dalam perjalanan, aku memikirkan penggemar misteriusku aku sangat berharap dia adalah Cho Kyuhyun.
Ya! Seohyun apa yang ada di dalam pikiranmu?, batinku dalam hati.
Akhirnya kami sampai di tempat acara. Aku ditarik oleh Yoona eonnie untuk bersalaman dengan pengantinnya. Saat aku sedang bersalaman dengan pengantin wanitnya, tiba-tiba vibra ponselku bergetar.
Setelah bersalaman aku pun segera mengambil ponselku. Ternyata ada sebuah SMS dari penggemar misterius.
Kalau kamu penasaran, tunggulah di bawah pohon yang berada di sebelah kanan karangan bunga urutan terakhir dari sebelah kanan. Aku akan ada di sana.
Begitulah bunyi SMSnya. Berhubung aku penasaran, aku pun segera menuju pohon yang dikatakan dalam SMS itu. Aku pun melihat pohon itu, di bawah pohon itu ada sebuah bangku dan dibangku itu ada 2 buah balon. Sepertinya sang pengantin mengundang seseorang untuk membagikan balon kepada anak-anak karena sekarang anak-anak sedang bermain dengan balon mereka. Dan balon di bangku itu adalah balon kepunyaan seorang anak.
Awalnya aku memilih berdiri saja. Tapi lama-lama kakiku pegal juga. Aku pun segera duduk di bangku itu.
“Di mana sih penggemar misterius itu?” kataku sambil memijat-mijat kakiku. Iseng, aku pun melirik ke arah balon itu. Di balon itu terikat sebuah surat. Aku yakin itu adalah surat permohonan seorang anak kecil. Karena aku penasaran, aku pun membuka surat itu.
Seohyun-sshi jeongmal saranghaeyo. Apakah kau mau menjadi yeonja chingku sekarang dan selamanya?
“Mwo!” kataku setengah berteriak. Dengan segera aku pun membalikkan badanku ke belakang. Dan sekarang aku melihat wajah Cho Kyuhyun yang sedang memakai tuxedo dan memamerkan senyum evilnya padaku.
“Oppa!” kataku setengah terkejut. Aku akui dia sangat tampan saat ini.
“Kenapa kau kaget seperti itu?” kata Kyuhyun oppa sambil berjalan ke arahku. Dia pun berdiri di hadapanku.
“Anio hanya tidak percaya” kataku sambil menundukkan wajahku. Aku sangat malu sekarang.
“Oh ya?. Padahal aku hanya beberapa bulan di Taiwan dan kau sudah lupa denganku” katanya sambil tersenyum evil. Aku semakin malu. Aku menundukkan wajahku lebih dalam tapi gagal karena sekrang dia mengangkat daguku dan menatap mataku dalam dan penuh arti.
“Bagimana jawabanmu?” katanya sambil tersenyum evil. Aku pun menarik napasku dan menghembuskannya perlahan.
“Ne. Na do saranghae oppa” kataku sambil tersenyum. Sepertinya dia sangat senang dengan jawabanku. Karena kulihat matanya berbinar-binar dan senyum mengembang dari wajahnya.
“Kamshamidha” katanya sambil memelukku.
“Ye. Oppa apakah aku boleh memanggil oppa dengan sebutan Kyupa?” kataku padanya.
“Ne tentu saja. Kau kan yeonja chinguku dan aku juga akan memanggilmu Hyunnie. Arasseo?” katanya sambil tersenyum.
“Ne” kataku sambil tersenyum. Aku sangat senang karena apa yang selama ini aku harapkan terkabul. Tapi tiba-tiba aku ingat sesuatu.
“Apakah oppa dulu berpacaran dengan Vic eonnie?” kataku lagi.
“Aniyo itu hanya gosip. Ayo kita masuk di luar sangat dingin” katanya sambil menggenggam tanganku lembut.
Kami pun masuk ke dalam ruangan. Aku mendengar dari Eunhyuk yang berlaku sebagai MC mengatakan bahwa ini saatnya untuk membuang rangkaian bunga oleh pengantin wanita. Saat pengantin wanita itu membuang karangannya bunganya betapa kagetnya aku karena aku yang mendapatkan karangan bunganya.
“Ya! Seobaby aku tidak rela jika kau menikah lebih dulu dari” kata Taeyeon eonnie histeris. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.
Aku melirik ke arah Kyuhyun yang sedang menatapku dengan senyumannya. Dan aku sangat beruntung karena bisa mendapatkan seorang Cho Kyuhyun.
^-^_^-^_^-^

Caught Your Love part 1

Posted by Uti ajjah on November 12, 2012
cover cyl


Caught your Love [Part 1]
(You Came In My World)
Author                       : Riikuclouds
Cast                           :
Kim JongWoon, Shin Miwoo (OC)
Lee Donghae, Cho Kyuhyun, Choi Younha (OC), Han Jiyoung (OC).
Genre                         : Mystery, Detective Story, Romance, Friendship
Rating                        : PG-17
Length                       : Chaptered
FF ini pernah dipost di blog pribadi author: riikuclouds.wordpress.com

Ps : ff ini hanya sekedar menuangkan isi otak author. Jadi mohon maaf aja kalo banyak gaje dan banyak typo, dan banyak anehnya. Yang penting, jangan copas seenaknya aja tanpa ijin yah. Oh iya. Jangan lupa tinggalkan komentar okeh readers cantik.. ^^

Di WP aku yang https://iaeveleandra.wordpress.com juga akan di post ff dengan cast kyu-rae.
Moga moga suka ya….

Happy Reading :D

Biarkan TYPO menikmati bagiannya...


______*****_______


Seoul, 1 April 2012
Jongwoon POV
Aku menggosok-gosokkan mataku barangkali bisa menghilangkan kotoran mata yang pastinya banyak. Aku hanya tidur dua jam sejak jam 4 tadi dan sekarang harus terbangun lagi karena ponselku yang berteriak minta diangkat. Dengan kesal aku menggapai ponsel di meja samping tempat tidurku. Masih sedikit terpejam.
“Anyeong..”
“Jongwoon-shii, bisa kau ke sini sekarang. Kami sudah mendapatkan hasil pemeriksaan tersangka perkosaan semak-semak.”
“Ah..bisakah tidak sekarang. Aku baru dua jam tidur.”
“Terserah kau. Tapi kau bilang kau ingin jadi detektif profesional. Tapi baru segitu saja sudah malas. Yang penting aku sudah memberitahumu. Sudah ya.”
“Ah..paman…”
Tuutt tuuttt tuuttt
Baru saja aku akan menjawab telepon sudah diputus. Yang barusan menelepon adalah pamanku, Kim Dae Goo, adalah seorang kepala kepolisian Seoul. Aku adalah seorang detektif kepolisian Seoul. Sudah delapan tahun aku menggeluti dunia aneh ini. Seharusnya aku bisa saja menjadi jaksa atau hakim karena aku memang lulusan Korea University Law School 7 tahun lalu. Tapi aku tidak mau. Alasannya karena aku tidak ingin menuntut orang bersalah. Aku hanya ingin mencari kebenaran. Sok heroik sih, tapi, ya memang begitulah aku.
Dengan malas aku bangun dari tidurku dan segera menuju kamar mandi untuk datang ke kantor polisi. Kulipat selimutku yang bergambar kura-kura ini dan mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.

Basement, Apartemen Seoul
Dreettt…dreettt..
Aku sekarang sedang mencoba menyalakan mobilku yang terparkir di basement apartemenku. Entah mengapa tak kunjung menyala. Padahal kemarin sehat-sehat saja. Huft. Memang minta diservis nih mobil. Aku segera keluar mobil dan memutuskan untuk naik bis kali ini.

Sudah cukup lama menunggu di halte ini. Kulirik orang-orang di sekitarku. Sepertinya bukan hanya aku saja yang sudah tidak betah berdiri lama menunggu di sini. Ada seorang pria yang berlebihan ekspresi gelisahnya. Dia selalu mondar mandir saja dari ujung kanan halte ke ujung kiri halte dan begitu sebaliknya sambil sesekali melihat jam tangan. Ada lagi seorang nenek yang berkali-kali bertanya pada namja di sebelahnya apakah ini halte tempat menunggu rute bus menuju incheon atau bukan. Yang membuatku sedikit tertarik adalah sorang yeoja yang sedari tadi berdiri dengan tenang sambil membaca buku. Aku tidak tahu itu apa, yang pasti buku itu sangat tebal.
Yeoja itu memakai kemeja dengan dibuka sampai kancing kedua, rambut ikat ekor kuda dan beberapa untai rambutnya dibiarkan menutupi kedua telinganya. Kacamata baca yang digunakan menambah kesan kalau yeoja ini terlihat seperti orang pandai. Aku ingin tahu apa yang ia baca. Sesekali mendongak kecil. Kelihatannya buku sains yang sangat aneh. Ia kemudian memasukkan buku itu ke tasnya dan mengganti buku lain yang sepertinya novel. Entahlah apa dia memang hobi membaca atau penjual buku.
Tak lama bus yang ditunggu akhirnya datang. Sudah tentu akan sangat sesak karena memang bus ini telat datang. Aku berkali-kali merasa lebih beruntung tiap hari naik mobil pribadiku karena merasa berdesakkan seperti ini sungguh melelahkan. Tapi aku bersyukur juga karena negara ini lebih sadar akan hemat energi dengan naik kendaraan umum. Aku berdiri di sebuah tempat yang cukup nyaman meskipun sedikit terpojok. Sebelah kanan bus agak di depan. Yeoja tadi berdiri di sebelahku. Masih dengan membaca bukunya.
Aku semakin penasaran apa yang ia baca sampai-sampai tidak peduli dengan keadaan yang pastinya semua orang akan selalu mengumpat, mengeluh dan bersorak kesal. Aku sedikit menggerakkan kepala menjangkau apa yang kulihat. Tapi tetap saja kalimat-kalimat dalam buku itu tak bisa kubaca dengan jelas. Bus ini sepertinya berjalan dengan kecepatan yang hebat. Supirnya berjiwa muda. Harus berpegangan dengan baik agar tidak ingin jatuh. Yeoja itu juga berusaha berpegangan dengan menutup bukunya di sebelah tangan sambil perpegangan pada gantungan tangan dikedua tangannya. Ia kesulitan berpegangan sehingga sedikit oleng dan berputar hampir terjatuh. Sepatu haknya membuat ia terseleo dan sedikit memperlihatkan belahan dadanya karena ia menunduk dan aku berada lebih tinggi darinya. Cukup menarik, tapi aku tidak peduli karena berkat itu aku bisa melihat cover buku yang ia baca. Aha. Rupanya buku tentang kisah detektif. Aku jadi tersenyum sendiri, karena aku ini kan seorang detektif. Merasa bangga ada orang yang suka dengan kisah seperti itu. Tapi seketika aku menghentikan senyumku karena yeoja yang membuatku tersenyum akhirnya mengeluarkan suaranya.
“Heh, Ahjusshii. Kenapa tertawa-tawa sendiri? Menertawaiku, huh?” dengan nada bicara kasar sambil membenarkan berdirinya dan memegangi kemejanya. Mungkin ia mengira aku menertawai ia yang nyaris jatuh.
“Dasar mesum!”
Sukses semua mata langsung menoleh ke pada kami. Aku langsung terhenyak. Aku salah tingkah dan berhenti membentuk senyuman. Ternyata ia pikir aku melihat dadanya tadi. Memang iya sih, tapi aku tidak bermaksud begitu. Kemudian beralih menoleh ke arah lain.Yeoja itu kemudian menutup bukunya, memasukkannya ke tas, membuka kacamata dan memasukkannya juga ke tas. Heii ini hari pertama aku kembali naik kendaraan umum, dan ini benar-benar mengecewakan.
Sedang asiknya perjalanan kami, tiba-tiba bus mengerem mendadak. Seluruh penumpang tanpa kecuali mulai beruntuhan dan berteriak. Ada yang nyaris jatuh dan ada yang sudah tergeletak di lantai bus. Aku sudah nyaris jatuh tapi untungnya aku berpegangan kuat pada gantungan bus dengan sebelah tangan kananku. Yeoja di sebelah ku ini juga nyaris terjatuh kalau saja ia tidak berpegangan pada tangan kiriku yang sengaja ku ulurkan padanya.
“Ah, joesonghamnida, ghamsamnida.” Katanya pelan kemudian merapikan diri. Aku balas tersenyum padanya. Lihatlah, betapa baiknya aku yang sudah kau maki tadi kataku dalam hati.
“Arrggghhh….” “Kyaaa………”
Suara ribut dan teriakan dari bus bagian depan dekat sopir. Beberapa orang mulai menjauh dari sumber suara dengan teriak dan ketakutan. Ada yang langsung keluar bis. Apa bis kebakaran? Ada alien? Kenapa sih? Beberapa orang ada yang mencoba mendekati kemudian kembali menjauh lagi. Aku berusaha melihat ada apa. Sukses. Aku melihat seorang ahjusshi yang tergeletak di lantai dengan wajah melotot dan menganga. Apa dia mati? Mendadak? Dalam bus? Dengan keadaan seperti ini? Ada-ada saja.

Aku segera menghampiri dan mengecek keadaan ahjusshi ini. Kupegang lehernya mencari urat nadi yang masih berdenyut. Hasilnya nihil. Kuraba sekitar lubang hidungnya barangkali masih ada napas yang terhembus. Hasilnya nihil juga.
“Dia sudah meninggal” kataku sedikit bergumam dan menatap beberapa orang yang melihatku.
Beberapa orang mulai berkomando mengeluarkan penumpang. Sopir bus juga. Perlahan beberapa orang mulai keluar dan memutuskan pindah bus lain. Namun orang-orang yang duduk di depan tadi, yang melihat kejadian runtuhnya ahjusshi ini kuminta untuk tidak beranjak dulu sebelum pihak kepolisian datang. Mereka akan menjadi saksi dalam hal ini. Bapak sopir yang mengkomandokan agar kami keluar dari bus dan mengganti bus lain memintaku juga untuk keluar. Tapi aku menolak dan menunjukkan padanya bahwa aku ini seorang detektif kepolisian. Pak supir pun memaklumi dan mengiyakan aku masih melihat mayat ini dan sekelilingnya. Yang membuat aku sedikit terhentak kaget ketika aku melihat yeoja tadi yang berdiri di sebelahku berjongkok di sebelahku juga yang sedang berjongkok mengamati sekitar mayat. Ia kemudian bertanya pada penumpang yang menjadi saksi dimana letak ahjusshi ini duduk. Setelah ditunjukkan yeoja itu langsung mencari-cari sekitar kursi tempat duduk sang ahjusshi yang meninggal ini. Aku hanya mengamati sambil menyernyitkan alis.
“Apa yang kau lakukan?”
Dia tak menjawab dan masih sibuk.
“Hei, nona, sebaiknya anda segera keluar dari tempat ini. Sebelum polisi datang.”
“Justru sebelum polisi datang aku harus menemukan sesuatu.”
Heh? Apa yang dia cari? Tak lama ia berbalik dengan sebuah botol kosong yang dipegangnya menggunakan sapu tangan. Botol itu terbuat dari plastik berukuran lebih kecil daripada botol air mineral dalam kemasan. Kira-kira berukuran 50 ml. Ia kemudian membuka dan mencium aroma dengan mengibas-ngibaskan tangan di atas mulut botol.
“Kurasa karena ini ahjusshi ini mati. Botol ini pasti tadi berisi larutan yang mengandung senyawa sianida. Aku tahu baunya. Seperti almond. Bagaimana bisa dia meminum racun mematikan ini?”
Aku sedikit terkejut yeoja ini mengerti benar tentang jenis racun. Semakin bingung apakah dia penjual buku atau penjual racun?
“Bagaimana kau tahu soal itu?”
“Kurasa ahjusshi ini dibunuh.” Katanya mantap.
Ia tidak menjawab pertanyaanku tadi. Biar sajalah. Aku kemudian membuka tasku dan mengambil sarung tangan kemudian memakainya. Aku mengambil botol di tangannya itu kemudian memasukkan ke kantong plastik bening yang cukup lebar. Kemudian menutup dan mengamankannya di kotak kecil yang selalu kubawa di tas. Dengan begini botol tidak akan rusak dan mungkin saja menjadi barang bukti. Yeoja tadi hanya memperhatikan gerakanku dengan seksama. Aku ingat dia kan baru saja membaca buku tentang detektif. Mungkin ini yang menjadi inspirasinya mencari kemungkinan ahjusshi ini bukan meninggal biasa.
Tak lama kepolisian datang. Aku pun segera mendatangi pimpinan lapangan kepolisian untuk menjelaskan kejadian. Saksi yang melihat kronologis kematian ahjusshi itu pun di bawa serta ke kantor polisi. Dua orang polisi sedang memeriksa mayat untuk mencari identitas.
“Hei, nona. Bisakah anda minggir! Kami akan memasang police line. Jadi anda tidak boleh berada di sekitar sini.”
Aku menoleh ke arah sumber suara. Yeoja tadi masih ada di sana. Dia sedikit kelihatan kesal kemudian kelihatan mencari-cari sesuatu. Tepatnya seseorang. Karena kurasa orang yang ia cari adalah aku. Ketika ia melihatku, wajahnya terlihat langsung berbinar dan berlari menghampiriku.
“Hei, aku mencarimu.” Katanya.
“Aku ikut dalam penyelidikanmu yah?”
Aku mencoba mencerna dengan baik apa yang ia katakan. Dan itu membuatku semakin tidak mengerti apa isi kepala gadis ini. Beberapa menit yang lalu ia terlihat serius membaca buku. Kemudian menjadi galak. Kemudian menjadi rendah hati dengan minta maaf. Kemudian menjadi serius. Dan sekarang terlihat berbicara seperti dibuat-buat baik dan sok kenal. Aku hanya menatapnya heran. Bersyukur seorang polisi mengatakan untuk aku naik ke salah satu mobil untuk menuju kantor polisi. Aku tak peduli dan langsung melongos.
“Hei, kau mau kemana tuan detektif?” ia berlari menyeimbangkan langkahku ke mobil sambil sedikit berteriak.
“Hei..aku bicara padamu!”
“Hei! Ahjusshiiii!!”
Aku mulai menghampiri mobil.
“Dasar Ahjusshi mesum!”
Sontak aku berhenti ketika ingin membuka pintu mobil. Sedikit kesal dia meneriakiku begitu. Aku menghampirinya dengan menahan kesalku.

“Agashii, maaf. Anda sebaiknya pulang saja. Terima kasih untuk bantuannya tadi. Tapi aku harap anda tidak perlu repot-repot membahayakan diri Anda. Permisi”
Aku membungkukkan badanku dan melongos membuka pintu mobil.
“Ahjusshi mesum! Kau tidak pernah tahu balas budi ya? Aku sudah membantumu tadi. Harusnya kau penuhi keinginanku..”
“Hei! Jangan panggil aku Ahjusshi mesum! Aku tidak mesum! Dan aku bukan Ahjusshi!” teriakku. Akhirnya aku sudah tidah tahan dengan perlakuan yeoja aneh ini.
“Ara. Kalau kau tidak suka. Aku tidak akan memanggilmu begitu kalau aku boleh ikut penyelidikan ini. Sekarang aku ikut ke kantor polisi.”
Tak cukup kuperingatkan, ia malah masuk ke mobil yang sudah aku bukakan pintunya.
“Hei!!” teriakku.
“Maaf tuan detektif yang baik hati… Aku ingin sekali tahu tentang ini. Aku sudah terlanjur terlibat. Botol tadi yang kutemukan bisa jadi barang bukti yang berharga nanti berkat jasaku. Jadi sebaiknya kau tahu balas budi. Aku hanya ingin ikut menyelidiki kasus ini. Tidak minta hal lain.”
Aku pasrah dan akhirnya masuk ke mobil. Aku malas berdebat dengan nona aneh yang sepertinya memang menggilai hal berbau detektif. Aku hanya memaklumi saja dengan membiarkan ia ikut ke kantor polisi. aku tidak khawatir karena nantinya juga ia akan bosan sendiri berada di kantor polisi.

Miwoo POV
“Jangan panggil aku dengan sebutan seperti tadi. Aku bukan pria mesum. Dan aku bukan ahjusshi.” katanya
“Hehe. Maaf. Habisnya kau tidak mau menengok. Aku Shin Miwoo.” Ujarku dengan ramah sambil mengulurkan tangan.
Aku memang sangat senang. Ini sesuatu yang sangat menarik dan kusukai. Aku memang senang dengan dunia detektif dan misteri seperti ini. Sudah banyak novel berkisah tentang detektif yang ku suka. Film-film koleksiku juga sebagian besar bertema itu. Sisanya bertema penelitian sains. Tentu saja sains. Aku adalah seorang saintis yang bekerja di Korea Institute of Science and Technology, tepatnya di bidang genetika molekuler. Pekerjaan kami juga tidak terlalu jauh dengan penyelidikan. Misalnya menyelidiki genom DNA pelaku kejahatan kemudian mencocokkan dengan DNA yang ditemukan pada barang bukti, menyelidiki kasus keluarga yang terpisah, dll. Uji DNA sekarang merupakan teknologi perkembangan sains yang keren. Dan aku adalah salah satu orang yang terlibat di dalamnya.

“Ehm..” aku bergumam karena ia tak kunjung membalas ramah tamahku.
“Ahjusshi!” teriakku
“Ara. Aku Kim Jongwoon. Jangan panggil aku ahjusshi. Aku masih belum tua.” Katanya dengan menjabat tangannya kencang kemudian menghentakkannya.
“Kau memang sebenarnya tidak terlihat seperti ahjusshi sih. Tapi aku hanya suka memanggil namja dengan ahjusshi. Dengan begitu aku akan menjadi terkesan sangat muda.” Ujarku.
Haha. Entah apa yang ada dalam pikiranku. Sebenarnya namja ini terlihat tampan dan keren. Tidak seperti ahjusshi.
“Jongwoon-shii. Memangnya berapa umurmu?” tiba-tiba aku jadi ingin tahu berapa umurnya. Takut-takut kalau ternyata ia lebih muda dariku.
“28 tahun.”
“Waa..daebak! ternyata benar kau seorang ahjusshi!” Aku bersorak dan bertepuk tangan senang.
“Yak!! Kau ini tidak sopan ya! Kubilang aku tidak suka dipanggil begitu! Aku belum menikah! Eh?”
Ia berteriak dan menutup mulutnya. Sepertinya keceplosan berkata belum menikah. Haha. Lucu sekali.
“Maaf ya. Kalau aku kurang sopan Untung saja kau lebih tua dariku. Jadi aku akan meminta maaf.”
Aku membungkukkan badanku sedikit ke arahnya.
“Senang bertemu detektif sungguhan.” Kataku.
Ia hanya melirik malas dan tetap pasang muka tidak penting.

Police Office at 1.54 pm
Aku turun dan melangkah masuk mengikuti tuan detektif ini, Kim Jongwoon namanya. Ini pertama kali aku terlibat langsung dalam hal seperti ini. Rasanya sungguh hebat dan berdebar sekali. Aku saja lupa kalau aku harus ke laboratorium sekarang. Aku terhenti ketika Jongwoon berhenti dan menubruk punggungnya mengenai mukaku. Sepertinya ia akan berbicara dengan seorang polisi. Kulihat wajah polisi itu sangat berwibawa dan hangat.
“Jongwoon-ah. Bagaimana hasilnya? Apa yang kau akan laporkan?”
“Haruskah aku melaporkannya padamu paman? Nanti saja jika aku sudah yakin dengan hipotesisku. Memang dugaan kami korban tadi dibunuh, tapi aku ingin memastikan segala hal lain yang berkaitan dengan ini dulu baru aku akan katakan padamu paman. Aku kesini hanya ingin meminta data kasus yang paman bilang tadi pagi sekaligus data pengakuan saksi kali ini.” Ujar Jongwoon.
“Kau ini tetap saja. meskipun kau dibawah naunganku, kau tetap lebih suka menyelidiki sendiri yah.. baiklah. Hei kau tolong ambilkan arsip yang sudah kusiapkan di mejaku ya.” Kata polisi itu ke salah satu anak buahnya.
“Pengakuan saksinya bisa nanti ya. Mereka sedang diinteogasi. Mungkin pihak kejaksaan juga akan datang dan melakukan interogasi juga tapi tidak sekarang. Kalau kau ingin lebih lengkap sebaiknya menunggu kejaksaan juga saja.”
“Aku memang ingin meminta data dari kejaksaan. Tapi sekarang ini aku hanya ingin butuh data sementara penyelidikan dan interogasi saksi. Mungkin aku akan menunggu atau menyimak sesi interogasinya.. Aku rasa aku harus pergi sebentar.” Kata Jongwoon.
“Mwo? Kau mau kemana?” tanyaku yang dari tadi cukup menguping pembicaraan kedua orang ini.
Polisi tadi yang Jongwoon panggil paman langsung menoleh ke arahku yang memang sejak tadi berdiri di belakangnya.
“Siapa ini?” tanyanya pada Jongwoon.
“Ah..dia..”
“Yeojachingu, huh? Aigoo akhirnya kau mulai menapaki dunia dewasa juga Jongwoon.” Kata paman itu sambil menepuk-nepuk punggung Jongwoon. Aku hanya diam dan melirik ke arah Jongwoon.
“Aduh, paman. Sakit. Paman ini bukan seperti yang kau pikirkan. Kau salah paham. Dia itu bukan pacarku. Aku tidak mengenalnya.” Kata Jongwoon sambil berusaha lepas dari pukulan pelan tapi bertubi-tubi pamannya ke punggungnya.
“Maaf paman. Jongwoon-shii bohong.” Kataku.
“Heh?” katanya.
Apa yang kubilang tadi sukses membuat Jongwoon terbelalak menyeringai ke padaku.
“Aissh. Dasar kau ini! Gadis ini cantik begini kenapa malu-malu mengatakan yang sebenarnya. Siapa namamu sayang?”
Kata paman itu kepada Jongwoon dan selanjutnya beralih kepadaku. Jongwoon di sana hanya menganga tidak berkata apapun dengan wajah tidak percaya.
“Aku Shin Miwoo. Usiaku 22 tahun. Aku seorang Saintist di Korea Institute of Science and Technology.” Kataku memperkenalkan diri dengan manis dan sopan.
“Saintist? Apa itu?”
“Ah, peneliti paman.”
“Woww..daebak! kau pasti gadis yang pintar ya. Aku pamannya Jongwoon. Aku kepala kepolisian Seoul. Namaku Kim Dae Goo.”
“Paman Dae Goo. Senang berkenalan denganmu” Kataku sambil membungkukkan badan.
“Ahaha. Panggil saja paman.”
“hehe. Iya paman.”
Paman Dae Goo sangat baik. Aku banyak bercakap-cakap dengannya mengenai berbagai hal. Aku pun memanfaatkan kesempatan ini untuk belajar bagaimana penyelidikan. Jongwoon sedang mengikuti interogasi dan wawancara saksi. Cukup banyak saksi, jadi sangat lama. Tadinya aku ingin ikut, tapi Jongwoon melarangku dan mengancamku akan mengusirku dari sini. Paman Dae Goo tentu saja membelaku dan membiarkan aku menunggu di ruangannya.

Donghae POV
“Donghae-ya!!!”
Aku sedang memilah-milah foto yang cocok untuk artikel besok. Suara kejutan yang memanggilku sudah tak asing lagi. Partner kerja yang merupakan bawahanku ini memang tidak tahu sopan terhadapku. Siapa lagi kalau bukan Younha.
Brakk! GabruKk! *suara pintu dibuka dan ditutup kencang*
“Donghae-ya! ayo kita cepat ambil gambar! Berita baru! Kaja, kaja!”
Napasnya sudah terengal-engal masih saja bicara sambil berlari-lari kecil dengan tangannya yang berusaha mengapai-gapai tanganku. Aku hanya menyunggingkan ujung bibirku dan segera mengambil kamera mengikutinya.

TKP, Bus Jurusan Incheon.

Cletak! Cletak! *suara blist kamera*
Aku masih mengambil gambar yang bagus di sini dengan hati-hati. Mayat itu masih berada di dalam bis. Tapi sepertinya aku tidak akan boleh masuk. Kulihat seorang polisi sedang memasang police line di sana.
“Hei, nona. Bisakah anda minggir! Kami akan memasang police line. Jadi anda tidak boleh berada di sekitar sini.”
Polisi itu sedang mengusir seorang yeoja yang berada dalam bus. Memang aneh ada seorang yeoja yang bisa sembarangan masuk ke bus itu. Kuperhatikan dari jauh wajahnya cukup aku kenal. Anii, aku tiak mengenalnya sepertinya. Wajah yang tak asing, tapi aku tidak ingat dimana pernah menemuinya. Tanpa sadar aku malah mengarahkan kameraku ke arahnya dan memotretnya.
“Hei! Kau memotret apa?”
Suara Younha mengagetkanku. Ia menoleh mencari sosok arah kameraku tadi . kelihatannya ia menemukan yeoja tadi yang kupotret. Yeoja itu berlari kearah kerumunan kepolisian sekarang hanya terlihat punggungnya saja.
“Ah, ani. Sudah kau tanyakan? Apa kata mereka?” Jawabku mengalihkan pembicaraan
“Ne, sudah. Aku sudah mencatat dan merekam semuanya.”
“Good Job, beibh!” ujarku tersenyum lebar sambil mengacak-acak rambut panjangnya yang lembut. Ia berusaha melepas tanganku dari kepalanya.
“Ah..aisshhh!! Donghae-a! Rambutku berantakan! Aish!”
“Ha ha ha”
“Kutraktir Capucinno?”
Wajah cemberut Younha langsung berubah menjadi berbinar-binar. Ia kemudian mengangguk antusias.
“Ne. Mau oppa!”
Huh, giliran ditraktir ia bisa sopan memanggilku. Ha ha. Aku hanya tertawa saja dan segera mengajaknya menuju motorku untuk berkunjung ke café terdekat.

Police Office, 9:23 pm
Jongwoon POV

“Aku tidak mengenal ahjusshi itu. Dia duduk di samping aku berdiri. Sopir tiba-tiba saja mengerem mendadak. Kami hampir jatuh begitupun ahjusshi itu. Tadinya aku tidak terlalu jelas mengingat mengapa ia jatuh. Tapi setelah melihat wajahnya yang menakutkan dan mengagetkanku, akhirnya aku berteriak. Dan semua orang yang di dekatku langsung ikut berteriak juga”
“Apa ahjumma melihat korban sebelumnya meminum sesuatu dari botol?”
“Aku tidak ingat apa ia meminumnya. Tapi orang yang duduk sebelahnya memang menawarkan sebotol minuman padanya.”
“Seseorang di sebelahnya?”
“Ne, aku tidak tahu itu siapa. Mungkin mereka saling mengenal, atau mungkin tidak, aku kurang tahu. Mereka tidak banyak bercakap-cakap.”
“Seseorang di sebelahnya maksudnya saksi ketiga, tuan Oh Seung gil?”
“Aku tidak tahu.”
Ini orang ke enam sebagai saksi. Seorang ibu muda yang tadi berdiri di depan korban duduk. Aku hanya mendengarkan interogasi yang dilakukan anak buah paman. Sedikit kronologis kejadian sudah bisa aku bayangkan.
Korban masuk ke bus sejak pemberhentian awal. Korban duduk dibelakang kursi sopir, tapi tidak di pojok kaca, ia di kursi pinggir. Sopir sebagai saksi pertama. Korban sepertinya hendak menuju Incheon Airport, karena saksi ketiga melihat korban mengeluarkan paspor dari tas kecilnya. Saksi kedua adalah tetangga jauh korban. Seorang ahjusshi yang bekerja sebagai office boy di KBS. Ia duduk di kursi tepat di belakang korban. Saat halte kedua, seorang saksi ketiga, memasuki bis dan duduk di sebelah korban.
Satu persatu, saksi keempat, seorang nenek, yang duduk di samping saksi kedua, dan saksi kelima, seorang pria pegawai bank, yang berdiri di samping kursi saksi kedua, masuk dari halte ketiga. Saksi keenam, ibu ini, masuk dari halte keempat dan berdiri tepat di samping kursi korban. Di halte keempat ini pula aku masuk dan bus sepertinya penuh.
Satu hal yang aku bingungkan. Saksi ketiga yang menawarkan minuman pada korban menurut saksi keenam. Masalahnya apakah korban memang meminumnya? Dan apakah memang minuman yang ditawarkan itu sesuatu yang ditemukan Miwoo tadi. Pelaku tepat sekali melakukan pembunuhan ini di suasana bus yang ramai. Pasti pelaku tahu bus ini memang ramai atau akan menjadi ramai. Semua masih belum jelas.

Aku kemudian keluar dari tempat ini setelah mendapatkan semua resume interogasi dan riwayat identitas korban dari anak buah paman. Aku memutuskan untuk  pulang. Baru besok aku akan mengunjungi rumah korban dan mencari tahu tentang kehidupan korban.
Ini sudah malam. Kulihat jam sudah menunjukkan hampir jam sepuluh malam. Pasti yeoja aneh itu, Shin Miwoo namanya, sudah pulang. Aku yakin kegemarannya dengan dunia detektif tidak akan membuatnya bertahan. Sengaja aku biarkan ia menunggu agar ia tahu kalau menjadi detektif tidak seperti yang ia bayangkan. Ia kira detektif hanya mengungkap kasus pembunuhan dengan hipotesis-hipotesis saja. Mencari bukti dan kronologis kejadian itu sangat menyita waktu dan melelahkan.
Aku segera menuju ruangan paman. Aku berniat pamit pulang padanya. Aku sungguh benar-benar kaget dan terkejut ketika membuka pintu. Yeoja itu masih setia menunggu.
“Ah, itu dia!” seru paman.
“Jongwoon-shii? Akhirnya kau sudah selesai. Sudah kau dapatkan resume dan data korban? Aigoo..tidak percuma aku menunggu.”
Katanya dengan girang dan kemudian merebut semua berkas yang kupegang. Aku hanya mendecak kesal dengan kelakuan SOK AKRAB dan SOk MANIS dia di hadapan paman. Aku melihat senyuman licik dan bermaksud menggoda dari pamanku kepadaku. Apa paman benar-benar mengira kalau gadis ini adalah pacarku? Aishh
“Jongwoon-shii? Kenapa? Ayo kita pulang. Kajja!”
Ia menarik tanganku keluar. Paman tertawa melihatku.
“Hati-hati ya Miwoo sayang..” teriakkan paman masih dengan tetap duduk dan tidak beranjak dari kursinya.
“Iya paman. Sampai jumpa.. Annyeong!!!” balas gadis ini berteriak dari luar dan kemudian menutup pintu. Kemudian ia menggandeng tanganku dan mengajak aku keluar. Sepertinya kesadaranku masih belum pulih. Setelah aku dan dia keluar dari kantor ini, kesadaranku kembali pulih. Aku langsung mengibaskan tangannya yang mengait tanganku.
“Sudah senang kau bermain hari ini, huh?”
Ia hanya melongo diam melihatku.
“Apa yang kau katakan pada paman? Sekarang paman mengira kau benar-benar pacarku! Kau benar-benar yeoja aneh! Aku baru bertemu kau dan kau mencoba mengikutiku terus dan berlagak seperti sangat mengenalku. Kau harusnya tidak perlu terlibat seperti ini.” aku membentakknya tapi tetap berusaha lembut agar ia tidak menangis. Aku memang tidak tega dengan yeoja.
“Huffttt..” ia menghela nafas.
“Sudah kubilang aku hanya ingin terlibat dan menyelesaikan kasus ini. Aku tidak suka sesuatu yang kulakukan setengah-setengah. Jadi kau tidak usah khawatir. Aku tidak keberatan menungguimu tadi. Mengenai pamanmu, aku cuma mengatakan yang sebenarnya. Tenang saja, aku tak suka berbohong..” lanjutnya.
“Apa yang kau bilang? Kau mengatakan kau itu yeojachinguku maksudmu bukan berbohong?”
“Yak!! Siapa yang pernah bilang aku yeojachingumu! Aku kan hanya bilang pada paman kalau kau berbohong. Kau kan bilang tidak mengenalku. Padahal kita sudah saling memperkenalkan diri di mobil tadi. Pamanmu saja yang salah paham.”
“Mwo?? Jadi?.. hei! Tapi ini tetap saja..”
“Sudahlah. Sebaiknya aku pulang. Terima kasih untuk datanya. Aku akan menghubungimu besok lagi. Daahhh!” putusnya sambil mengacungkan tangan lalu melongos pergi.
Yeoja aneh itu beranjak pergi. Masalahnya data resume interogasi dan data korban ia pegang dan mau ia bawa pergi. Aku yang baru sadar segera menarik tangannya lagi. Aku mengadahkan tangan dan melotot ke arahnya bermaksud mengatakan kembalikan data itu.
“Tidak mau. Aku menunggumu untuk ini.”
Aku semakin melotot dan memasang muka garang. Tanganku masih menahannya takut ia kabur, dan sebelah tanganku berusaha mengambil data di tangannya.
“Kemarikan!”
“Yak! Tidak mau! Tidak!”
Ia berusaha lepas dariku. Tenaganya sangat kuat. Tanganku yang kecil tidak mampu menahan tangannya lagi dan ia berhasil kabur. Aku pun mengejarnya hingga ke halte bus terdekat.
“Waaa…tolooonnggg..”
Ia berteriak. Sontak semua orang yang melihat kami mengira aku yang seorang namja dengan muka yang saat ini kupasang garang adalah seorang penjahat yang berusaha mengejar gadis tidak berdosa yang berlari ketakutan. Aku pun berusaha berlari lebih cepat untuk menangkapnya agar tidak terjadi kesalahpahaman diantara orang-orang yang melihat kami. Beberapa orang mulai mengejarku juga. Astaga! Ini sudah malam dan aku benar-benar letih. Kenapa jadi begini? Akhirnya aku berhasil menggapai tangannya dan segera menarik ia ke pelukanku.
“Mianhe, yeobo.. aku tidak bermaksud begitu. Mianhe..”
Tindakan gila dan pintar yang aku lakukan. Aku terus memeluknya sampai ia sesak napas dan tidak bisa berkata ataupun teriak lagi. Orang-orang yang mengejarku berhenti dan melihatku dengan pandangan menuntut penjelasan.
“Ah, mianhe. Ini istriku. Ia lari setelah melihatku bersama wanita lain. aku sangat menyayanginya. Jadi kurasa kami harus menyelesaikan masalah ini segera, jadi aku mengejarnya.”
Gadis ini masih berusaha berontak dari pelukanku. Aku semakin mengeratkan pelukanku dan kubiarkan wajahnya terbenam di dadaku supaya ia tidak bersuara.
“Kau ini! Jangan jadi pria brengsek menyakiti hati istrimu! Sesesaikan masalah kalian dengan baik!”
“Ah, de. Jeosonghamnida.”
Kedua pria besar yang mengejarku itu kemudian pergi dan semakin lama menghilang. Segera gadis ini mendorongku dan mengambil napas terus-terusan dengan tersengal-sengal.
“Yak!! Kau mau membunuhku, huh! Kurang ajar! Dasar kau memang mesum! Mengambil kesempatan dalam kesempitan!” teriaknya.
Ia memukul-mukuli aku dengan map yang berisi data yang kuincar itu. Aku berusaha mempertahankan diri dengan membuat tameng dari kedua tanganku. Tapi aku memang pintar. Selagi ada kesempatan dan ia lengah kurebut saja map itu.
“Ah. Yak!!”
“Mianhe,,”
Aku langsung berlari dan beruntung ada taksi lewat. Aku segera menyetop taksi dan kaburrr…
“Yak!!”
Ia mengejar aku yang sudah damai dalam taksi dengan berlari namun terhenti karena terjatuh. Aha ha. Tertawa di atas penderitaan orang lain.

Miwoo POV
Sial!! Aku sudah lama menunggunya. Kupikir aku akan bisa mencoba menjadi detektif seperti yang kubayangkan. Menyelesaikan kasus dibalik layar. Ahhh.. aku sungguh lelah. Kakiku sakit sekali setelah berlari tadi dan aku sedikit keseleo saat berjalan turun bis tadi juga karena jatuh mengejar detektif sialan itu. Mana aku pakai sepatu hak lagi. Kulepas saja sepatu ribet ini. Uh.. Kim Jongwoon si detektif sialan! Pelit sekali dia! Apa dia takut aku akan menyainginya karena nanti aku akan berhasil mengungkap siapa pelaku pembunuhan itu? Aisshh!
Aku sekarang sedang berjalan menuju apartemenku setelah tadi berhenti di halte terdekat sini.  Aku masuk ke apartemen dan ingin menuju lift. Kulihat pintu lift sudah terbuka dan hampir menutup. Aku tak mau menunggu lift itu turun lagi, jadi kukejar saja sebelum pintu tertutup. Nyaris tertutup. Tapi aku berhasil menahannya dengan tanganku yang masih memegang sepatu hak ku. Begitu pintu lift terbuka. Sesuatu pemandangan yang mengejutkanku sekaligus membuatku senang. Tuhan sepertinya masih menyayangiku dan Dia membuka kesempatan untukku. Coba tebak apa yang kulihat? Ha ha. Kim Jongwoon-shii mati kau!
“Ha ha. Tuhan Masih menyayangiku. Annyeong tuan detektif.”
Aku masuk dan segera pintu lift tertutup. Kim Jongwoon yang di depanku ini bersiap menerima seranganku. Aku berusaha merebut map itu dari tangannya. Agak sulit karena ia lebih tinggi dariku dan ia sengaja meninggikan map itu.
“Bagaimana kau bisa ada di sini, huh?” tanyanya.
“Aku tinggal di apartemen ini. Kau sendiri kenapa ada di sini?” aku balik bertanya masih dengan tangan yang berusaha menggapai map itu.
“Aku juga tinggal di apartemen ini.” Jawabnya.
Hup! Hup! Aku melompat lompat berusaha meraihnya tapi tidak sampai. Jongwoon berada pada posisi terpojok dan terkunci olehku. Aku tak kehabisan akal. Akupun menarik rambutnya dan ia meringis kesakitan dengan sedikit menurunkan tangannya. Berhasil. Aku mendapatkannya. Sekarang gantian aku yang bersiap menahan serangan. Ia berusaha mendapatkan map yang kudekap erat sambil menundukkan tubuhku. Tak sengaja karena ini, aku tersandung sepatu yang tadi kulepas dan aku terjatuh.
“Aww..!!” aku teriak. Kulihat masih lantai 9. Kamarku di lantai 16. Masih 7 lantai lagi. Jongwoon mengambil kesempatan aku yang terjatuh meraih map itu. Aku masih meringis kesakitan. Jatuh yang cukup keras. Pantatku sakit sekali.
“Hei kau tidak apa-apa?” Jongwoon merasa kasian melihatku.
Ini benar benar sakit. Aku tidak sanggup berdiri. Jongwoon meraih kakiku dan bertanya.
“Yang mana yang sakit?”
“Ah, iya itu.” Aku menunjukkan bagian kaki yang ia pegang.
“Yang ini?” tanyanya sambil memijat-mijat kakiku.
“Aw..”
Sebenarnya kakiku ini sakit bukan karena aku terjatuh tadi. Tapi karena keseleo di bus di jalan tadi. Baru berasa sakit sekarang. Yang sakit karena jatuhku tadi hanya pantatku saja.
“Kau turun di lantai berapa? Biar kuantar kau.”
“Sudah lewat..”
“Mwo?”
“Ini harus segera diobati.” Lanjutnya.
Pintu lift kemudian terbuka. Jongwoon tanpa ragu menggendongku gaya bridal. Oppss.. sukses itu membuat jantungku berdegup kencang. Apa yang dia lakukan? Aigoo..
Ia membuka pintu kamar yang sepertinya miliknya. Kuperhatikan nomor kuncinya. Aku langsung dapat mengingatnya di otakku. 342434. Ia kemudian meletakkanku di sofa dan berlari mengambil sesuatu di kamarnya. Sudah bisa ditebak. Kotak P3K. Map yang daritadi kami rebutkan hanya tergeletak saja di meja tamunya.
“Aku punya balsem pengobat kaki terkilir dari eommaku. Mudah-mudahan ini bisa membantu. Tapi sedikit panas.”
Ia kemudian mengoleskan perlahan ke kakiku. Memijat kakiku dan memutar-mutar pergelangan kakiku. Aigoo..jantungku makin berdebar. Kupegang dadaku untuk menahannya.
“Coba kau gerakkan kakimu.”
Aku menurutinya dan menggerakkan kakiku. Berhasil. Tidak sakit lagi. Oh.. tuan detektif ini ternyata baik juga. Aku langsung menggerakkan sudut bibirku membentuk senyuman.
“Emm..sudah tidak terlalu sakit.”
“Baguslah.” Ujarnya sambil mengelap tangannya dengan handuk kecil.
Ia langsung mengambil map itu dan menyodorkannya padaku.
“Bawalah. Kau pasti ingin sekali tahu tentang hasil interogasi tadikan? Besok aku akan ke rumah korban mencari informasi lainnya tentang korban, kau boleh ikut. Aku tunggu di depan lift lantai dasar jam 8 pagi.”
Aku mengambil map itu ragu-ragu.
“Jeosonghamnida.”
“Sebaiknya kau pulang. Ini sudah larut malam. Apa kau bisa berdiri?”
Aku mencoba bangun dan berdiri. Sudah tidak apa-apa.
“Ne, gwencana. Gomapseumnida atas pertolonganmu, tuan detektif.” Aku membungkukkan badanku.
Ia tersenyum. Sangat manis. Hebat. Hanya senyuman berhasil membuat jantungku kembali berdegup kencang lagi.
“Ku antar kau pulang?”
“Ah, tidak usah. Aku sudah bisa sendiri. Tidak usah khawatir. Maaf sudah merepotkan.”
Aku pun segera mengambil sepatuku dan berjalan keluar pintu apartemennya dengan tertatih-tatih sedikit. Sebelum keluar, tiba-tiba langkahku terhenti karena aku merasakan kakiku sangat panas seperti melepuh. Jongwoon menghampiriku.
“Waeyo?”
“Panas.” Ujarku.
“Ha ha ha. Sudah ku bilang tadi.”
Waa..melilhatnya tertawa sekarang bukan hanya kakiku yang panas, tapi dadaku juga panas. Tak mau berlama-lama aku langsung keluar dan menutup pintu untuk cepat-cepat ke apartemenku. Ya Tuhan..apa yang terjadi padaku?

—TBC—